Bisa Bareng Musim Hujan di Indonesia, Ini Asal Mula dan Perhitungan Tanggal Imlek

Penjelasan tanggal Imlek menurut Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa Kota Bandung, Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung, dan BRIN.

Bisa Bareng Musim Hujan di Indonesia, Ini Asal Mula dan Perhitungan Tanggal Imlek

TEMPO.CO, Bandung - Menurut ilmu astronomi, Hari atau ditentukan mengikuti fase kemunculan bulan baru berdasarkan penanggalan peredaran bulan. “Waktunya di Indonesia sama sesuai perhitungan di Cina,” ujar Ketua Perhimpunan Indonesia Tionghoa atau Inti Kota Bandung Fam Kiun Fat alias Akiun kepada Tempo, Senin, 27 Januari 2025.

Akiun menjelaskan, tanggal 1 disebut bulan gelap dan tanggal 15 adalah purnama. Adapun umur bulan sesuai rotasinya terhadap bumi dihitung selama 29 hari. Di Cina yang punya empat musim, Hari Imlek menjadi penanda dimulainya musim semi dan waktunya bercocok tanam. Tanggal Hari Imlek setiap tahun berubah antara kurun waktu Januari dan Februari. “Karena ada selisih hari dari penyesuaian dengan penanggalan berdasarkan peredaran matahari,” kata Akiun. 

Bagi umat Konghucu, Akiun menambahkan, Imlek merupakan hari keagamaan. Namun tidak semua orang Cina menganggapnya demikian. Bahkan, penanggalan untuk Imlek mengacu pada kalender yang dibuat Dinasti Xia sebagai kerajaan pertama di Cina untuk pertanian. “Perhitungan Imlek ini sudah ada dan tidak akan berubah-ubah sampai ribuan tahun juga,” ujarnya. 

Dosen mata kuliah Feng Shui dalam Arsitektur di Jurusan Arsitektur (Unpar) Bandung, Herman Wilianto, Tahun Baru Imlek selalu jatuh pada bulan baru kedua setelah titik balik matahari musim dingin. Itu biasanya terjadi antara 21 Januari dan 20 Februari dalam kalender Gregorian atau Masehi. “Satu tahun dalam kalender Imlek terdiri dari 12 bulan lunar, dengan setiap bulan dimulai pada bulan baru,” katanya kepada Tempo, Senin 27 Januari 2025.

Adapun satu bulan lunar berlangsung sekitar 29,5 hari, sehingga dalam satu tahun lunar terdapat 354 hari. Karena umur tahun lunar lebih pendek daripada satu tahun matahari yang selama 365,25 hari maka pada kalender Imlek ditambahkan bulan tambahan atau bulan kabisat untuk menyesuaikan perbedaan tersebut.

Profesor riset astronomi dan astrofisika dari Badan Riset dan Inovasi Nasional () Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa pada prinsipnya Tahun Baru Cina atau Imlek terjadi saat bulan baru seperti pada 29 Januari 2025. Dia juga mengtakan, Imlek menjelang musim semi di Cina bersesuaian dengan musim hujan di Indonesia.