Israel Bebaskan Sandera Lebanon, PM Najib Mikati Desak 9 Tahanan Lainnya Ikut Dilepas

Perdana Menteri Lebanon, Najib Mikati mendesak Israel untuk segera membebaskan sembilan sandera lainnya, menyusul pembebasan sembilan tahanan.

Israel Bebaskan Sandera Lebanon, PM Najib Mikati Desak 9 Tahanan Lainnya Ikut Dilepas

TRIBUNNEWS.COM - Israel telah membebaskan sembilan sandera berdasarkan ketentuan .

Meski begitu, Perdana Menteri , mendesak untuk segera membebaskan sembilan tahanan lainnya.

Dalam sebuah pernyataan, Mikati mengucapkan terima kasih kepada Komite Palang Merah Internasional atas perannya dalam pembebasan sembilan tawanan perang.

Dikutip dari Al Arabiya, tak hanya itu, Mikati juga meminta bantuan kepada Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) untuk berupaya membebaskan sembilan warga yang masih ditahan .

Mikati juga meminta kepada Amerika Serikat (AS) untuk menggunakan pengaruhnya terhadap untuk menjamin pembebasan warga yang masih ditahan.

Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa, ICRC menyambut baik pembebasan gelombang pertama tahanan .

"IRGC tetap siap untuk memenuhi perannya sebagai perantara netral dalam memfasilitasi pembebasan, pemindahan, dan pemulangan individu yang ditahan terkait dengan konflik," kata seorang juru bicara IRGC.

Sebuah sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan kepada AFP pada hari Senin bahwa tujuh pejuangnya telah ditangkap selama perang.

Pasukan juga telah menahan sejumlah warga sejak Minggu yang berusaha kembali ke rumah mereka di selatan tanpa menunggu tentara menyelesaikan penarikannya yang tertunda.

Selain itu, tentara juga telah membunuh 24 penduduk yang kembali pada hari Minggu dan dua lainnya pada hari Senin, kata pihak berwenang .

Pada hari Selasa, tembakan Israel melukai seorang tentara Lebanon yang dikerahkan ke selatan sesuai dengan gencatan senjata, bersama dengan tiga warga sipil, kata pernyataan militer.

Baca juga:

Serangan udara juga melukai 14 orang di kota selatan Nabatiyeh al-Fawqa pada hari Selasa, kata kementerian kesehatan .

Kekuatan Militer Bakal Menghambat Pemulangan

Aktivitas militer terus meningkat menjelang berakhirnya 60 hari dengan pada 26 Januari 2025.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Selasa (28/1/2025), aktivitas militer ini dapat berdampak pada warga sipil, mengganggu upaya kemanusiaan, dan menghambat operasi pemulihan dan pemulangan.

Pasukan pendudukan telah mundur dari desa-desa tertentu tetapi tetap melanjutkan operasi militer, termasuk tembakan artileri, serangan udara, dan pembongkaran rumah serta infrastruktur sipil di daerah perbatasan.

Dikutip dari Al Mayadeen, Kantor Komisaris Tinggi untuk Hak Asasi Manusia (OHCHR) mengatakan setidaknya 30 korban sipil telah tercatat sejak dimulai pada 27 November 2024.

Sementara itu, lebih dari 70 desa di selatan tetap tidak dapat diakses karena pembatasan yang diberlakukan .

Hingga tanggal 23 Januari 2025, Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melaporkan bahwa 112.076 orang masih mengungsi di Lebanon.

Baca juga:

Sementara 874.949 orang telah kembali ke rumah mereka, permusuhan dan pembatasan yang berkelanjutan menghambat upaya pemulihan dan pemulangan lebih lanjut. (*)