Trump Cabut Mandat Kendaraan Listrik, Pengamat: Tak Berpengaruh di Indonesia
Pencabutan mandat kendaraan listrik yang ada di Amerika Serikat (AS) oleh Trump tidak akan berdampak signifikan untuk Indonesia.
Pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung (ITB) Yannes Martinus Pasaribu mengatakan perubahan kebijakan terkait kendaraan elektrik (EV) yang ada di Amerika Serikat (AS) tidak akan berdampak signifikan terhadap ekosistem kendaraan listrik tanah air.
Pasalnya, AS tidak banyak menaruh investasi di Indonesia dalam perkembangan ekosistem EV. Negara-negara yang terdampak, menurut Yannes, adalah negara yang menerima banyak manfaat dari AS untuk sektor tersebut.
"Bagi Indonesia, dampak langsung mungkin terbatas, mengingat tidak terasanya investasi AS di ekosistem EV Indonesia," kata Yannes, dikutip dari Antara, Sabtu (25/1). Sedangkan Indonesia masih mengandalkan investor asing dari kawasan Asia seperti Cina, Jepang, dan Korea Selatan dalam upaya pengembangan ekosistem EV.
"Mundurnya AS dari Paris Agreement (perjanjian Paris) juga lebih berdampak pada kebijakan energi dan iklim global yang melambat," Yannes menambahkan.
Sebelumnya Trump resmi mencabut mandat eksekutif kendaraan listrik yang telah diterapkan sejak era pemerintahan Joe Biden. Aturan itu mendorong penggunaan dan adaptasi kendaraan listrik yang diusulkan pertama kali oleh Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) AS.
Pencabutan mandat ini dilakukan Trump sehari setelah dilantik sebagai presiden baru AS pada 20 Januari 2025. Menurutnya, mandat kendaraan listrik membikin industri otomotif AS yang memproduksi kendaraan-kendaraan berbasis bahan bakar minyak (BBM) anjlok. Pencabutan itu pun ditaksir bakal berdampak positif bagi industri dan tenaga kerja otomotif serta perekonomian AS.
Trump juga mendeklarasikan "darurat energi nasional" sebagai langkah mendorong produksi dan penggunaan minyak dan gas, dan memungkinkan perusahaan-perusahaan untuk melakukan polusi dengan lebih bebas. "Kita akan ngebor, sayang," katanya. Ia merujuk pada aktivitas pengeboran minyak.
Trump mengklaim Amerika akan menjadi negara manufaktur terkuat karena memiliki hal yang tidak ada di negara lain, yakni cadangan minyak dan gas terbesar di dunia. AS, kata dia, akan memanfaatkan potensi itu. "Kita akan menurunkan harganya, mengisi kembali cadangan strategis kita, dan mengekspor energi AS ke seluruh dunia. Kita akan menjadi negara yang kaya raya lagi," ujarnya.
Ia bahkan mengaku tak segan mengakhiri aturan emisi negara bagian di AS yang dapat membatasi penjualan mobil bertenaga bensin, atau menghapus subsidi yang lebih memilih EV ketimbang teknologi lain.