Bermulanya peradaban sehat dari tanah, air, dan udara yang sehat
Di banyak peradaban kuno, tanah dianggap suci. Masyarakat Mesopotamia menyebutnya sebagai sumber kehidupan, sementara ...
Perubahan harus dimulai sekarang, sebelum lingkungan yang sakit membawa peradaban ke titik tanpa jalan kembali
Jakarta (ANTARA) - Di banyak peradaban kuno, tanah dianggap suci. Masyarakat Mesopotamia menyebutnya sebagai sumber kehidupan, sementara bangsa Inca menyebutnya Pachamama, ibu bumi yang memberikan pangan dan keberlangsungan hidup.
Hari ini, konsep itu terasa semakin relevan. Peradaban yang sehat bergantung pada manusia yang sehat, dan manusia yang sehat bergantung pada lingkungan yang sehat.
Hubungan erat antara manusia dan alam ini menjadi pilar utama keberlanjutan peradaban, tetapi modernisasi sering kali melupakan aspek fundamental ini.
Kehidupan modern yang semakin terpisah dari alam telah menyebabkan berbagai krisis lingkungan dan kesehatan. Makanan diproduksi dalam sistem industri yang sering mengabaikan keseimbangan alam.
Tanaman ditanam di tanah yang semakin miskin nutrisi akibat eksploitasi berlebihan dan penggunaan bahan anorganik sintetis yang merusak ekosistem mikroba tanah.
Hewan ternak dipelihara dalam kondisi penuh tekanan, bergantung pada antibiotik untuk bertahan hidup, yang kemudian meningkatkan risiko resistensi antimikroba.
Selain itu, air yang dulunya bersih dan melimpah kini terkontaminasi oleh limbah industri, pertanian, dan rumah tangga. Sumber air yang sehat semakin langka, mengancam ketahanan pangan dan kesehatan masyarakat.
Udara yang dulu segar kini sarat dengan polutan dari kendaraan, pabrik, dan pembakaran bahan bakar fosil.
Polusi udara menjadi salah satu penyebab utama penyakit pernapasan dan kardiovaskular, serta berkontribusi terhadap perubahan iklim yang semakin ekstrem.
Krisis lingkungan ini tidak hanya berdampak pada manusia secara langsung, tetapi juga pada seluruh ekosistem yang menopang kehidupan.
Ketidakseimbangan dalam satu aspek akan berpengaruh terhadap aspek lainnya, menciptakan dampak berantai yang semakin kompleks dan sulit dikendalikan.
One Health
Konsep One Health menegaskan bahwa kesehatan manusia tidak bisa dipisahkan dari kesehatan hewan dan lingkungan.
Gangguan pada satu aspek akan berdampak pada yang lain, menciptakan ancaman yang luas. Sebuah contoh nyata terjadi di Jepang pada pertengahan abad ke-20, ketika pencemaran merkuri di Teluk Minamata menyebabkan ribuan orang mengalami gangguan saraf serius akibat mengonsumsi ikan yang terkontaminasi.
Ini adalah bukti bahwa pencemaran lingkungan tidak hanya merusak ekosistem, tetapi juga mengancam kesehatan manusia secara langsung.
Kasus lain yang mencerminkan keterkaitan antara lingkungan dan kesehatan adalah yang diungkapkan oleh Rachel Carson dalam bukunya Silent Spring (1962).
Carson menunjukkan bagaimana penggunaan pestisida DDT menyebabkan penurunan populasi burung dan mengancam kesehatan manusia.
Investigasi ini kemudian memicu gerakan lingkungan global dan pelarangan DDT di banyak negara.
Tidak hanya polusi, praktik pertanian yang tidak berkelanjutan juga menyebabkan dampak jangka panjang. Di beberapa wilayah dengan pertanian intensif, penggunaan pupuk anorganik dan pestisida secara berlebihan telah menyebabkan degradasi tanah yang parah.
Mikroorganisme, yang sebelumnya menjaga kesuburan tanah, mati. Itu menyebabkan tanah kehilangan kemampuannya untuk mendukung kehidupan.
Ketika tanah tidak lagi sehat, tanaman yang tumbuh pun kehilangan nutrisi penting, berdampak pada kualitas pangan yang dikonsumsi manusia.
Hal yang sama berlaku dalam peternakan. Industri peternakan modern yang mengandalkan pakan buatan dan antibiotik dalam jumlah besar meningkatkan risiko resistensi antimikroba, salah satu ancaman terbesar bagi kesehatan manusia.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memperingatkan bahwa jika resistensi antimikroba terus meningkat, infeksi umum yang sebelumnya bisa diobati akan menjadi mematikan.
Lebih jauh lagi, perubahan iklim yang didorong oleh eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali juga berkontribusi terhadap meningkatnya penyebaran penyakit zoonosis, penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia.
Deforestasi dan degradasi habitat liar meningkatkan interaksi antara manusia dan satwa liar, membuka peluang bagi virus baru untuk melompat ke inang manusia, seperti yang terjadi dalam kasus wabah SARS, MERS, dan COVID-19.
Ada Harapan
Meski tantangan besar mengancam keseimbangan ekosistem dan kesehatan manusia, masih ada harapan. Gerakan pertanian berkelanjutan mulai berkembang di berbagai belahan dunia.
Di beberapa negara, praktik agroekologi mulai diterapkan untuk mengembalikan keseimbangan ekosistem pertanian.
Teknik seperti rotasi tanaman, penggunaan pupuk organik, dan pengendalian hama alami terbukti mampu menjaga kesehatan tanah sekaligus meningkatkan hasil panen.
Selain itu, inisiatif untuk menjaga kualitas air juga semakin berkembang. Beberapa negara telah menerapkan kebijakan ketat untuk mengurangi polusi air, termasuk melarang pembuangan limbah industri ke sungai dan danau tanpa pengolahan yang memadai.
Kesadaran akan pentingnya air bersih tidak hanya untuk konsumsi manusia, tetapi juga untuk mendukung ekosistem yang sehat, semakin meningkat.
Di sektor peternakan, pendekatan berbasis kesejahteraan hewan mulai diperkenalkan. Peternakan yang mengutamakan kebebasan alami bagi hewan ternak terbukti menghasilkan produk yang lebih sehat dan berkualitas.
Di beberapa tempat, antibiotik dalam pakan ternak mulai dikurangi, digantikan dengan metode pencegahan penyakit yang lebih alami seperti probiotik dan manajemen kandang yang lebih baik.
Tidak hanya di tingkat kebijakan, masyarakat juga berperan dalam menciptakan peradaban yang lebih sehat.
Kesadaran individu dalam memilih makanan sehat, mengurangi konsumsi plastik, menghemat air, serta mengurangi jejak karbon dapat memberikan dampak besar jika dilakukan secara kolektif.
Pendidikan dan kampanye tentang pentingnya menjaga lingkungan harus diperkuat sejak dini, agar generasi mendatang memahami bahwa kesehatan manusia tidak bisa dipisahkan dari kesehatan planet ini.
Pada akhirnya, konsep One Health bukan sekadar gagasan akademik, tetapi sebuah prinsip fundamental yang menentukan masa depan peradaban.
Jika air tetap bersih, tanah tetap subur, dan udara tetap segar, maka makanan yang dihasilkan akan lebih sehat, manusia lebih kuat, dan peradaban lebih sejahtera.
Fondasi peradaban yang sehat tidak terletak pada seberapa canggih teknologi medis atau seberapa maju sistem kesehatan, tetapi pada seberapa baik lingkungan dijaga.
Semua perlu memahami bahwa solusi atas permasalahan kesehatan tidak hanya bergantung pada pengobatan dan intervensi medis, tetapi juga pada pencegahan melalui kebijakan lingkungan yang berkelanjutan.
Perubahan harus dimulai sekarang, sebelum lingkungan yang sakit membawa peradaban ke titik tanpa jalan kembali.
Manusia memiliki tanggung jawab untuk menjaga tanah, air, dan udara tetap sehat, karena hanya dengan demikian makhluk hidup dapat memastikan keberlanjutan kehidupan di planet ini.
*) Penulis adalah Peneliti di Pusat Riset Tanaman Pangan, Badan
Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Copyright © ANTARA 2025