Opini : Investasi

Pembangunan adalah salah satu efek positif investasi. Foto : republika Dr Encep Saepudin, SE, MSi Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto   Sekali-kali lihatlah sekeliling kita. Kembalikan ingatan masa lalu. Yang dulunya hamparan lahan kosong, tempat...

Opini : Investasi
Pembangunan adalah salah satu efek positif investasi. Foto : republika

Dr Encep Saepudin, SE, MSi

Dosen Universitas Muhammadiyah Purwokerto

 

Scroll untuk membaca

Scroll untuk membaca

Sekali-kali lihatlah sekeliling kita. Kembalikan ingatan masa lalu.

Yang dulunya hamparan lahan kosong, tempat bermain bersuasana padang mbulan. Sambil bersenandung: Yo ‘pra kanca dolanan ing jaba. Rame-rame kene akeh kancane.

Kini, di hamparan itu sudah tertanam bangunan. Berbagai model arsitektur.

Mungkin, ada yang tinggi menjulang. Biasanya disebut gedung perkantoran.

Mungkin, ada juga yang lebar membentang. Biasanya disebut bangunan pabrik.

Kiri kanan depan belakang bangunan dilintasi jalan raya. Lebar. Mulus.

Semulus wajah-wajah pria wanita berbagai usia yang berjalan di pedestrian. Yang ramai lalu lalang.

Namun tidak bisa menyembunyikan wajah tegangnya. Karena sedang memikirkan apa yang akan dikatakan dan dikerjakan dalam bangunan-bangunan itu.

Menyelesaikan tugas pekerjaan. Mengemukakan gagasan dalam meeting. Mengajukan angka tawaran lelang pekerjaan. Menjawab wawancara lamaran kerja. Atau, baru saja mendapatkan surat PHK.

Bangunan-bangunan itu merupakan efek positif kehadiran investasi. Mempermak area menjadi satu kawasan tematik.

Kawasan perkantoran. Kawasan industri. Kawasan perumahan. Kawasan perkebunan. Kawasan pertambangan. Dan, kawasan-kawasan lainnya sesuai peruntukannya.

Investasi itu penting, kawan. Investasi itu bagaikan jantung. Denyutnya menghidupkan dan menggerakkan tubuh.

Limpahan uang dan aset membuat denyut mobilitas orang dan barang bergerak-gerak. Dinamis. Menggerakan jarum dalam dashboard kegiatan ekonomi naik perlahan-lahan.

Investasi adalah menanamkan modal atau aset pada suatu bisnis dengan harapan mendapatkan keuntungan kelak. Untungnya disebut laba usaha. Nah, laba yang diterima investornya dinamakan deviden.

Investasi dibagi dua jenis, yaitu langsung dan kagak langsung. Yang langsung juga dibagi dua jenis, yaitu PMDN dan PMA (FDI).

Yang PMDN adalah investor lokal. Kagak ada batasan spesifiknya dan besarannya.

Jadi pedagang siomay dan cilok keliling juga bisa dimasukin dalam PMDN. Asalkan pedagangnya tercatat pada aplikasi oss milik Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM.

Yang PMA diberi syarat khusus. Bukan warga negara Indonesia (WNI). Kudu bawa duit atau aset setara minimal Rp 10 miliar.

World Investment Report 2024, UNCTAD, melaporkan nilai investasi asing langsung (FDI) skala global 2023 sebesar 1,3 triliun dolar AS.. Kebijakan FDI disejumlah negara-negara berkembang justru menguntungkan investor.

Kehadiran PMA mengubah dari negara berbasis industri primer menjadi sekunder atau bahkan tersier. Industri yang berbasis bahan baku dan komoditas menjadi hilirisasi industri. Yang value added lebih tinggi. Yang kebutuhan SDM harus spek tingkat analis.

Ilustrasinya begini. WNI menanamkan modal Rp 175 ribu untuk bikin usaha cilok per hari. Investasi sebesar ini bisa memproduksi 100 porsi. Satu porsinya berisi 10 biji cilok.

Nah, orang asing minimal harus investasi minimal Rp 10 miliar untuk bangun pabrik cilok. Anggap aja, sebesar Rp 5 miliar untuk modal pembangunan sarana dan prasarananya.

Yang sebesar Rp 5 miliar untuk modal produksi selama tahun 365 hari. Atau, biaya produksi cilok rerata Rp 13,6 juta per hari.

Modal sebanyak ini bisa memproduksi 7.800 porsi per hari. Atau, setara 780.000 biji cilok per hari.

Kan kagak mungkin jualan cilok harus laku sebanyak itu setiap harinya. Karenanya, cilok harus diolah lagi menjadi cilok olahan yang tahan 6-12 bulan.

Kebayang berapa orang dan truk yang dibutuhkan. Langsung maupun kagak langsung. Dari sejak hulu hingga hilir. Ekosistem bisnis cilok saja sudah luar biasa.

Sebagian cilok sebanyak itu diekspor. Pasarnya menyasar Asia, Afrika, Eropa dan Amerika. Baluri ciloknya dengan isu Ecogreen, bakalan laku barang bulet itu. Cilok mendunia.

Gile bener! Benar-benar gila beneran.

Fried chicken aja bisa mendunia, masa cilok kaga! Begitulah dahsyatnya investasi FDI untuk produk cilok pasar ekspor.

Padahal cilok hanya satu dari produk turunan dari 1.790 kode KBLI. Belum yang lainnya, seperti bakso, siomay, dan dimsum. Halunisasi tingkat tinggi!

Sebab berharap hilirisasi 15 komoditas pada sektor industri prioritas masih perlu kerja keras. Padahal dari dulu sudah kerja, kerja, dan kerja kerasnya bekerja.

Dalam Islam, investasi sangat dianjurkan. Tiada batasan besaran minimal dan maksimal investasi. Juga tiada batasan akhir masanya.

Siapa pun boleh investasi dimanapun dan kapanpun waktunya. Tanpa pandang suku, agama, dan ras. Borderless!

Semangat investasi itu sejalan dengan hadits dalam Islam, yang bunyinya: “Sekiranya hari kiamat hendak terjadi, sedangkan di tangan salah seorang di antara kalian ada bibit kurma maka apabila dia mampu menanamnya sebelum terjadinya kiamat maka hendaklah dia menanamnya.” (HR. Imam Ahmad 3/183, 184, 191, Imam Ath-Thayalisi no.2068, Imam Bukhari di kitab Al-Adab Al-Mufrad no. 479 dan Ibnul Arabi di kitabnya Al-Mu’jam 1/21 dari hadits Hisyam bin Yazid dari Anas Radhiyallahu ‘Anhu).

Bappenas melaporkan kebutuhan investasi sebesar Rp 47.587,3 triliun selama periode 2025-2029 sekitar. Jumlah kebutuhannya per tahun rerata Rp 9.517,5 triliun.

FDI yang masuk ke Indonesia kalah banyak dengan Vietnam bila dibandingkan dengan rasio populasi penduduk.

Tidak masuk akal kalau investasi batal gara-gara ormas. Sebab pernyataan ini serasa melecehkan penegakan hukum, dimana hukum menjadi syarat utama mendatangkan FDI.

Penegak hukum memiliki berbagai jenis senjata, peluru tumpul dan tajam berbagai kaliber, borgol, kendaraan taktis, dan ruang penjara. Sungguh kagak masuk akal bila fasilitas penegakan keamanan dan ketertiban tersebut kagak mampu memberantas preman-preman yang menghambat investasi asing. Sungguh ironi! (*)

Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id. Silakan mengirimkan tulisan, menyampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com.

Konten terkait :