Sastra Polandia Bertemu Kaligrafi China: Diskusi Budaya Inspiratif di PBSI Unisma

Sastra Polandia Bertemu Kaligrafi China: Diskusi Budaya Inspiratif di PBSI Unisma. ????Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Malang (Unisma) melangsungkan diskusi kebudayaan internasional. -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp

Sastra Polandia Bertemu Kaligrafi China: Diskusi Budaya Inspiratif di PBSI Unisma

Malang ( – Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Islam Malang (Unisma) melangsungkan diskusi kebudayaan internasional. Diskusi ini sebagai kelanjutan program kerjasama Confucius Institute (CI) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), salah satunya terkait pengajaran Bahasa Indonesia bagi penutur Asing (BIPA) pada 2024.

Dimulai Agustus 2024, dosen PBSI Unisma mengajar 12 laoshe (Guru Bahasa Mandarin) dari CCNU (Central China National University) Wuhan soal pelajaran BIPA. Yi Fan, salah satu laoshe menyatakan gembira karena berkesempatan belajar BIPA di Unisma.

“Sebagai guru bahasa Mandarin yang sedang praktik mengajar di Surabaya, saya menjadi lebih tahu bagaimana mengajarkan bahasa Mandarin pada orang Indonesia, kalau saya mengerti bahasa Indonesia,” ujar Yi Fan saat acara yang berlangsung di FKIP Unisma pada Jumat (24/1/2025).

Sueb, M.Pd, Direktur CI UNESA-Indonesia menyampaikan apresiasi dan terima kasihnya kepada Prodi PBSI. Menurutnya program ini akan bermanfaat untuk mengajarkan mahasiswa menulis buku fiksi dwi bahasa, Mandarin-Indonesia.

“Pertama kunjungan kami ini untuk mengucapkan terima kasih karena para laoshe telah diajar BIPA. Kedua, kami berharap kerjasama ini berlanjut untuk program magang mahasiswa PBSI ke CI UNESA dan menulis buku fiksi dwi bahasa, Mandarin-Indonesia,” jelasnya.

Pada kunjungan tersebut, Sueb membawa dua laoshe, Yi Fan dan Xin. Acara dibuka Dekan FKIP Unisma, dihadiri jajaran Dekanat, para kepala program studi di lingkungan FKIP (PBSI, PBING, PMAT, dan PPG), dosen-dosen PBSI, kolega pengajar BIPA UB, mahasiswa dari Tiongkok yang tengah belajar di UNY, mahasiswa program Darmasiswa dari UB yang berasal dari Polandia dan Vietnam, kemudian lima mahasiswa Darmasiswa asal Uzbekistan yang belajar di Unisma.

Pada kesempatan itu, Jan Michal Kubica, mahasiswa Darmasiswa asal Polandia mempresentasikan karya sastrawan Polandia peraih Nobel. Dang Nguyen Truc Linh, mahasiswa asal Vietnam menyampaikan tentang warga Vietnam bersatu pada memulihkan kondisi negara setelah badai nomor 3 menyerang negaranya.

Yi Fan dari China membawakan materi tentang seni kaligrafi China, dan Ma’mur dari Uzbekistan menyampaikan reviunya tentang buku Bocah Rempah yang ditulis oleh dosen PBSI, Ari Ambarwati. Sementara Stefen (Huang Gang), mahasiswa Tianjin University yang belajar di Universitas Negeri Yogyakarta menyampaikan tentang asal-usul perayaan Festival Musim Semi di China (Imlek) yang identik dengan warna merah.

“Kedekatan budaya Tiongkok dan Indonesia nyata adanya, sehingga acara diskusi budaya ini diharapkan makin membuka wawasan kita bagaimana mengelola relasi antarnegara,” ujar Dekan FKIP Unisma. Ia mendorong agar kerjasama terus dilanjutkan.

Foto BeritaJatim.com
Salah satu mahasiswa saat presentasi sastra dari Polandia (Foto: Istimewa)

Sejalan dengan itu Kaprodi PBSI, Frida Siswiyanti, M.Pd., menyampaikan bahwa program ini embrionya dimulai dari peningkatan kualitas dosen mengajar di luar kampus yang didanai Hibah Pengembangan Program Studi (HPPS) Unisma 2024. Lalu kemudian program itu terus berkembang makin baik.

“Program ini tidak saja untuk pengembangan dosen semata tetapi juga mahasiswa PBSI terlibat aktif untuk berdiskusi tentang BIPA, Bahasa Mandarin, serta berbagi hal tentang keunikan negara masing-masing secara langsung. Ini tentu memperluas cakrawala pergaulan dan pemahaman mahasiswa kami agar punya wawasan kebinekaan global yang mumpuni, sebagai calon guru,” ujar Frida.

Rizka Aulia, salah satu mahasiswa PBSI Unisma yang mengikuti acara tersebut menyampaikan bahwa materi yang disampaikan mahasiswa asing menjadi pengetahuan baru baginya. Ia pun bisa menyimak langsung perkembangan sastra Polandia.

“Saya juga tahu soal bagaimana rakyat Vietnam bersatu untuk menghadapi kerusakan akibat badai nomor 3, Saya juga tahu ternyata menulis kaligrafi China rumit,” ujar Rizka yang juga berkeinginan kursus bahasa Mandarin. [dan/aje]