Taksi Asal Vietnam Melaju di Jalanan, Ini Kata Pengamat

Ekspansi Xanh SM di bisnis transportasi roda empat, disinyalir sebagai cara VinFast mendongkrak penjualan mobil listrik di Indonesia.  

Taksi Asal Vietnam Melaju di Jalanan, Ini Kata Pengamat

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Persaingan dan Kebijakan Usaha (LKPU) Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) menyoroti model bisnis pemain baru di industri taksi asal Vietnam, .

Ekspansi SM di bisnis transportasi roda empat, disinyalir sebagai cara VinFast mendongkrak penjualan mobil listrik di Indonesia.  

Ditha menyampaikan bahwa bisnis model VinFast perlu dicermati lebih lanjut, meskipun telah memberikan opsi baru bagi konsumen transportasi taksi di Indonesia.

"Persoalannya adalah perusahaan taksi baru ini mempunyai model bisnis yang bisa dikatakan menarik. Menariknya adalah sesungguhnya perusahaan taksi ini adalah sebuah perusahaan otomotif di negara asalnya, dalam hal ini Vietnam," tutur Ditha kepada Tribunnews.com, Kamis (23/1/2025).

Taksi SM menggunakan armada yang berasal dari VinFast atau bisa dibilang sebagai produk kendaraan perusahaan sendiri. Ditha menganalogikan, seperti Toyota dan Mitsubishi masuk ke dalam bisnis taksi atau seperti Boeing dan Airbus masuk ke dalam bisnis penerbangan atau maskapai dengan unit produksi sendiri.

"Agak repot kalau maskapai penerbangan bersaing dengan Boeing atau Airbus, karena mereka punya kendaraannya sendiri. Kita melihat ini yang dilakukan taksi," jelasnya.

Ditha menduga, upaya yang dilakukan perusahaan SM merupakan bagian dari cara perusahaan otomotif asal Vietnam untuk memasyarakatkan produknya, karena mobil buatannya bisa langsung banyak terserap di pasar.

"Mungkin itu strategi yang baik-baik saja, cuma dia harus memikirkan dampaknya bagi pasar. Dalam hal ini, dia ingin seolah-olah pertumbuhan pasar dari produk dia sangat besar dengan dia masuk ke dalam bisnis taksi," ujarnya.

"Memang nggak mudah untuk bisa membuat produk otomotif dengan mudah membanjiri pasar, laku di pasar."

"Tapi kemudian dia menggunakan strategi itu, dikhawatirkan mempunyai implikasi terhadap nasib orang-orang yang ada di bisnis layanan transportasi," katanya.

Baca juga:

Jangan sampai kehadiran pemain baru yang hanya menjadi akal-akalan untuk mendongkrak penjualan mobil membuat para mitra pengemudi di layanan transportasi harus terkena imbas.

"Bagus-bagus saja dia punya ide supaya kelihatan produknya laku, dia pakai dalam bisnis taksi. Cuma hal tersebut jangan sampai mengganggu atau mempunyai dampak yang tidak baik terhadap bisnis ride hailing."

"Berdampak buruk bagi mereka mitra-mitra yang ketika mendapati pemain baru, jangan-jangan di pinggir jalan semakin banyak nih orang ngetem, mobil-mobil online nunggu penumpang," imbuhnya.

Baca juga:

Pemerintah juga diminta menyiapkan regulasi mengenai model bisnis seperti yang dilakukan pemain otomotif dari Vietnam tersebut.

"Dia mungkin bisnisnya bukan untuk ride hailing, tapi bisnis otomotif jualan mobil ini harus hati-hati karena ini ada regulasinya. Misalkan saya mikir bisnis angkot menarik dan saya langsung saja operasikan angkot."

"Mungkin saya sama supir angkot yang lain bisa kena hajar, apalagi angkot ada trayeknya, ada organda, ada aturannya dan ini harus jaga kepentingan semua pihak. Jangan sampai hal-hal yang mungkin bagus tapi mempunyai dampak tidak baik buat bagi yang lain," jelas Ditha.

Baca juga:

Seperti diberitakan sebelumnya, Pada awal beroperasi pada 18 Desember lalu, memastikan ada 1.000 taksi listrik yang akan melayani konsumen Indonesia. Angkanya akan bertambah menjadi 10.000 unit armada pada 2025.

Di bawah bendera PT SM Green and Smart Mobility (GSM), perusahaan beroperasi menggunakan armada mobil listrik milik VinFast model VF e34, yang juga merupakan perusahaan otomotif asal Vietnam. SM tercatat sebagai anak usaha di Indonesia.