Akses Pendanaan dan Pemerataan Distribusi Jadi Tantangan Serius Industri Perfilman Indonesia
Pendanaan dan distribusi menjadi dua tantangan utama bagi kreator film lokal, terutama mereka yang berada di luar jaringan rumah produksi besar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Industri Indonesia mengalami pertumbuhan signifikan dalam satu dekade terakhir. Namun sektor industri kreatif inj masih menghadapi kendala dalam akses dan distribusi yang merata.
Teknologi blockchain dapat menjadi jalan keluar untuk mengatasi hambatan ini. Melalui ekosistem yang sedang dirancang, startup ini berharap dapat menghubungkan kreator dengan audiens secara lebih langsung.
“Industri film kita memiliki potensi besar, tetapi seringkali terhambat oleh akses pendanaan yang terbatas dan kurangnya transparansi dalam distribusi hasil karya,” ungkap Daniel Yorick, penggagas Cinevix, teknologi berbasis blockchain, di Jakarta dikutip Minggu, 26 Januari 2015.
Baca juga:
Untuk menghadapi tantangan tersebut pihaknya berencana memghadirkan platform bagi kreator independen didukung teknologi yang menjanjikan transparansi dan akses yang lebih luas. Harapannya, ini dapat menjadi alternatif bagi dan distribusi karya di tanah air.
Salah satu pendekatan baru yang digunakan startup ini adalah mengintegrasikan tren Real-World Asset (RWA) ke dalam sistem mereka. Teknologi ini memungkinkan digitalisasi aset dunia nyata, seperti hak cipta , untuk mempermudah transaksi dan meningkatkan nilai investasi.
RWA saat ini dipandang sebagai tren utama dalam ekosistem blockchain, menawarkan peluang besar bagi sektor kreatif untuk menarik minat investor global.
Penerapan teknologi ini dirancang oleh tim yang terdiri dari berbagai ahli, termasuk Farhan Aziz Ath Thariq, seorang programmer yang terlibat langsung dalam pengembangan ekosistem Cinevix.
“Kami percaya bahwa blockchain bukan hanya alat teknologi, tetapi juga solusi untuk menciptakan keadilan dalam industri kreatif,” ujar Farhan, menyoroti potensi teknologi ini dalam membawa transparansi bagi kreator dan investor.
Dengan mengadopsi pendekatan ini, Cinevix berharap dapat memberikan cara baru bagi investor untuk mendukung proyek-proyek kreatif, sekaligus menjamin transparansi dan keamanan aset. Meskipun rencana peluncurannya belum diumumkan secara pasti, startup ini memastikan bahwa mereka akan mengambil pendekatan bertahap untuk mengembangkan platform tersebut.
“Kami ingin memastikan bahwa setiap langkah yang diambil didasari pada riset mendalam dan analisis yang matang,” jelas Daniel.
Menurut data yang dirilis Cinevix, dan distribusi menjadi dua tantangan utama bagi kreator lokal, terutama mereka yang berada di luar jaringan rumah produksi besar.
Dengan memanfaatkan blockchain, mereka berharap dapat membawa transparansi dan efisiensi dalam proses tersebut.
Platform ini juga disebut-sebut sebagai bagian dari upaya memperkenalkan budaya Indonesia ke tingkat global melalui media . Dalam beberapa tahun terakhir, promosi budaya Indonesia melalui seni visual dinilai menjadi salah satu cara efektif untuk meningkatkan visibilitas Indonesia di dunia internasional.
Namun, seperti startup lainnya, Cinevix masih menghadapi tantangan, termasuk penerimaan teknologi blockchain di pasar lokal yang masih berkembang.
Pengamat industri menilai bahwa keberhasilan proyek ini akan sangat bergantung pada bagaimana mereka menjembatani teknologi baru ini dengan kebutuhan praktis pelaku industri. "Melalui Cinevix, kami ingin membuka jalan baru yang lebih adil dan inklusif.” tambahnya.
Platform ini akan mencakup beberapa fitur utama, termasuk: CineFi, platform crowdfunding berbasis blockchain yang memungkinkan kreator mengajukan proyek dan mendapatkan dukungan dana langsung dari komunitas.
CinePlay, layanan streaming Video on Demand (VOD) yang mendukung kreator memonetisasi karya mereka secara fleksibel.