Arif Rahman Hakim, anak desa di jajaran tinggi birokrat UMKM
Dibesarkan dalam keluarga sederhana, Arif Rahman Hakim tumbuh dalam lingkungan yang penuh disiplin. Ayahnya, seorang ...
Jakarta (ANTARA) - Dibesarkan dalam keluarga sederhana, Arif Rahman Hakim tumbuh dalam lingkungan yang penuh disiplin.
Ayahnya, seorang guru, dan ibunya, seorang pedagang, membentuk nilai-nilai ketekunan dan kerja keras dalam dirinya sejak kecil.
Masa kecilnya di Bumiayu, sebuah pelosok di selatan Kabupaten Brebes, menjadi titik awal pembelajaran hidup yang membentuk karakter dan prinsip yang ia pegang teguh hingga kini.
Hidup di lingkungan dekat pasar dan terminal memperkenalkannya pada realitas sosial yang keras.
Namun, disiplin yang diterapkan sang ayah menjadi benteng bagi Arif dan saudara-saudaranya. Orang tuanya memastikan pendidikan terbaik bagi mereka, meski dalam keterbatasan ekonomi.
Arif menempuh pendidikan dasar dan menengah di Bumiayu sebelum melanjutkan ke SMA Negeri 1 Purwokerto.
Perjalanan ini menjadi awal kemandiriannya, jauh dari keluarga, sekaligus membentuk jiwa kompetitifnya.
Seleksi ketat masuk sekolah favorit, tuntutan akademik tinggi, serta kesadarannya akan pentingnya pendidikan menjadi motivasi bagi Arif untuk terus maju.
Setelah lulus SMA, ia memilih melanjutkan studi di Institut Teknologi Bandung (ITB), mengambil jurusan Teknik Industri.
Keputusan ini bukan hanya karena ITB merupakan kampus bergengsi, tetapi juga karena pertimbangan biaya yang lebih terjangkau.
Sejak semester tiga, ia mulai mengajar di lembaga bimbingan belajar untuk membantu biaya hidupnya, membuktikan ketangguhan dan kemandiriannya sejak dini.
Menapaki Karier
Sebelum lulus dari ITB, Arif telah bekerja di sebuah perusahaan konsultan di Jakarta pada tahun 1989.
Setelahnya, ia beralih ke industri otomotif untuk mengaplikasikan ilmu yang ia pelajari selama kuliah. Namun, pengaruh lingkungan Purwokerto yang dikenal sebagai kota dengan kultur priyayi serta banyaknya pemimpin negeri yang lahir dari sana turut mempengaruhi visinya untuk berkarier di pemerintahan.
Keputusan besar pun diambil. Ia mengikuti seleksi di Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, salah satu institusi bergengsi di Indonesia.
Pada tahun 1994, Arif dipercaya sebagai Kepala Subbagian Pengembangan Statistik dan Indikator Pembangunan di Biro Analisa Ekonomi dan Statistik.
Kesadarannya akan pentingnya pendidikan tak pernah surut. Di tengah kesibukan pekerjaannya di Bappenas, ia melanjutkan studi magister di University of Illinois at Urbana-Champaign, Amerika Serikat, mengambil jurusan Policy Economics.
Mengajak serta keluarganya dengan status penerima beasiswa, Arif harus bekerja serabutan di akhir pekan untuk mencukupi kebutuhan mereka. Perjuangan ini membuktikan tekadnya yang kuat dalam menggapai cita-cita tanpa mengorbankan tanggung jawab keluarga.
Setelah meraih gelar magister pada tahun 1999, Arif semakin mantap dalam meniti karier birokrasi. Pada tahun 2008, ia berhasil memenangkan proses bidding untuk jabatan Direktur Bina Sertifikasi Profesi di Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP).
Kinerjanya yang luar biasa mengantarkannya pada posisi Sekretaris Jenderal Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada 2013, sebelum akhirnya bergabung dengan Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) sebagai Deputi Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia pada 2020. Setahun kemudian, ia dipercaya menjadi Sekretaris KemenKopUKM.
Jejak Bermakna
Setiap posisi yang diembannya selalu diiringi dengan upaya meninggalkan warisan yang bermanfaat.
Di LKPP, ia berperan dalam pengembangan sistem sertifikasi kompetensi pengadaan barang/jasa sesuai pedoman BNSP serta menciptakan sistem ujian berbasis komputer.
Sementara di KPU, ia memimpin reformasi manajemen SDM berbasis kompetensi, menginisiasi Program S2 Tata Kelola Pemilu, hingga mengembangkan E-Katalog logistik pemilu dan sistem IT untuk transparansi pemilu.
Di KemenKopUKM, Arif berkontribusi dalam peningkatan kualitas internal kementerian, menjadikan KemenKopUKM sebagai Badan Publik Informatif, serta mendorong reformasi birokrasi menuju kategori baik.
Ia juga mengembangkan merit system dalam tata kelola SDM dan menyediakan beasiswa S2 bagi calon pimpinan KemenKopUKM.
Tak berhenti di situ, ia merancang regulasi perlindungan dan pemberdayaan koperasi, meningkatkan akses pendidikan bagi UMKM melalui sistem EDUKUKM.
Selain itu, ia juga mengembangkan pedoman kerja ASN dalam pengembangan kewirausahaan. Kontribusinya diakui dengan penghargaan Satya Lencana Wira Karya dari Presiden RI pada peringatan Hari UMKM Nasional 2024.
Kepercayaan terhadap kepemimpinannya kembali terbukti ketika ia ditunjuk sebagai Sekretaris Kementerian UMKM di era pemerintahan Presiden Prabowo, setelah pemisahan Kementerian Koperasi dan Kementerian UMKM. Tugas ini semakin mengukuhkan perannya dalam mendorong pemberdayaan UMKM di Indonesia.
Arif tak pernah berhenti belajar dan berkembang. Ia aktif dalam berbagai pelatihan nasional dan internasional untuk meningkatkan kapasitasnya.
Sebagai Wakil Ketua Dewan Pembina Ikatan Ahli Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (IAPI), ia turut membangun jaringan profesional di lebih dari 25 provinsi.
Konsistensi dan ketekunannya membuahkan hasil, salah satunya saat ia meraih Top 9 Pejabat Pimpinan Tinggi Madya Teladan 2017 dari Kementerian PAN-RB.
Di usia 58 tahun, Arif tetap prima menjalankan tugas-tugas beratnya, tetap setia dengan kebiasaannya menyusuri alam, menanam pohon, dan menikmati kehijauan.
Dari sebuah desa kecil di pinggiran Brebes, Arif membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang untuk mencapai kesuksesan.
Perjalanannya menjadi inspirasi bagi banyak orang, bahwa dengan ketekunan, kegigihan, dan semangat belajar tanpa henti, siapa pun bisa mencapai puncak karier dan memberikan manfaat bagi banyak orang.
Copyright © ANTARA 2025