Anak Jadi Korban Perundungan, Perlukah Pindah Sekolah?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak yang menjadi korban perundungan sering kali mengalami trauma yang mendalam. Untuk membantu mereka pulih, dukungan emosional dinilai sangat penting. Psikolog anak, remaja dan keluarga Sani Budiantini...

Anak Jadi Korban Perundungan, Perlukah Pindah Sekolah?

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anak yang menjadi korban sering kali mengalami trauma yang mendalam. Untuk membantu mereka pulih, dukungan emosional dinilai sangat penting.

Psikolog anak, remaja dan keluarga Sani Budiantini S Psi, Psi menyampaikan beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk membantu pemulihan trauma anak yang menjadi di lingkungan sekolah. Direktur Lembaga Psikologi Daya Insan itu mengemukakan bahwa ada kalanya orang tua perlu memindahkan anak yang menjadi korban perundungan ke sekolah yang dinilai aman.

"Ada kalanya juga memang anak itu harus pindah sekolah, si korban gitu ya," kata dia pada Sabtu (19/1/2024).

"Karena trauma tadi, yang berkepanjangan, yang menghambat kemajuan sekolahnya, menghambat konsentrasi, melemahkan kesehatan mentalnya. Kalau kasus seperti ini memang disarankan anak tersebut masuk ke sekolah yang dirasa aman," ia menjelaskan.

Sani mengatakan orang tua harus berusaha memastikan anak berada di lingkungan sekolah yang aman dari perundungan. "Tentunya rasa aman itu banyak hal ya, misalnya dari sisi lingkungan, dari sisi kasus-kasus yang ada di sekolah tersebut, dari sisi penanganan guru, pengamanan pengawasan sekolah, kayak (adanya) CCTV," ujarnya.

Sani mengatakan seharusnya yang dikenai konsekuensi pindah sekolah, bukan korbannya.

Namun, ia melanjutkan, kadang ada korban perundungan yang memang perlu dipindahkan ke lingkungan sekolah yang baru karena merasa trauma di lingkungan sekolah tempat dia mengalami perundungan.

Sani mengatakan pindah sekolah tidak serta merta menjamin korban perundungan bisa pulih dari trauma. Anak yang mengalami trauma karena menjadi korban perundungan di sekolah, ia mengatakan, membutuhkan bantuan dari tenaga profesional untuk memulihkan diri.

"Jadi ada pendampingan psikologis, tentunya ada pemeriksaan di awal untuk melihat intensitas atau sejauh mana hal tersebut mengganggu kesehatan jiwanya," ujarnya.

Sani juga menyampaikan perlunya sekolah membangun sistem pendukung untuk membantu dan mendampingi pemulihan korban perundungan. "Mendengar curhatannya tanpa menghakimi, tanpa melabel, atau bahkan menyalahkan. Karena ada juga lingkungan yang memang menyalahkan korban, itu enggak boleh dilakukan, karena akan menambah luka batin yang lebih dalam untuk korban," ujarnya.