Kemenag kembangkan Green KUA olah limbah air wudhu dan air hujan
Kementerian Agama tengah mengembangkan inovasi ramah lingkungan (green building) dalam pembangunan gedung Kantor Urusan ...
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Agama tengah mengembangkan inovasi ramah lingkungan (green building) dalam pembangunan gedung Kantor Urusan Agama (KUA) dengan penerapan teknologi ground tank (tangki tanah), untuk mengelola limbah air wudhu dan air hujan.
"Limbah air wudhu ini nantinya akan diolah kembali untuk keperluan umum agar tidak terbuang sia-sia," ujar Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah Kemenag Cecep Khairul Anwar di Jakarta, Jumat.
Cecep mengatakan teknologi tangki tanah memungkinkan limbah air wudhu dapat dimanfaatkan kembali, seperti untuk irigasi taman dan kebersihan fasilitas umum.
Ia mencontohkan dalam satu hari, air wudhu yang digunakan di KUA mencapai sekitar dua liter per orang. Dengan jumlah 20 orang per hari, limbah air wudhu yang dihasilkan dalam sebulan diperkirakan mencapai 1.200 liter.
Baca juga:
Baca juga:
Selain itu, kata Cecep, air hujan yang ditampung melalui sistem tersebut juga dapat menjadi sumber alternatif air bersih, terutama di daerah-daerah yang menghadapi kesulitan ketersediaan air.
Air tersebut akan diproses melalui tiga tahap penyaringan untuk memastikan kebersihannya, sehingga dapat digunakan dengan aman.
"Penerapan teknologi ini merupakan langkah strategis dalam mendukung pembangunan berkelanjutan," kata dia.
Pembangunan KUA berkonsep ramah lingkungan atau green building itu akan dimulai mulai Maret 2025 dengan sasaran 160 unit. Proyek ini ditargetkan rampung pada Agustus 2025.
Cecep menjelaskan penentuan lokasi 160 unit KUA dilakukan dengan merujuk pada indikator prioritas yang telah disepakati dengan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
"Indikator tersebut adalah, pertama, prioritas diberikan kepada KUA yang belum memiliki gedung, namun telah memiliki lahan bersertifikat atas nama Kemenag, terutama yang sumber lahannya merupakan hibah dari pemerintah daerah," kata dia.
Kedua, gedung lama yang mengalami kerusakan berat dan telah berusia lebih dari 40 tahun juga menjadi fokus utama dalam program ini.Ketiga, KUA yang memiliki lahan bersertifikat di wilayah perbatasan turut diutamakan. Meski layanan di wilayah tersebut tergolong minim, kehadiran gedung KUA di perbatasan, terutama antarnegara, dianggap penting sebagai bukti kehadiran pemerintah dalam memberi pelayanan secara merata kepada masyarakat.
"Penentuan indikator ini telah ditekankan oleh Bappenas untuk memastikan keadilan dan pemerataan layanan," kata dia.*
Baca juga:
Baca juga:
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2025