Pengamat: Cuaca kondusif jadi faktor produksi beras berjalan normal
Pengamat ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengungkapkan cuaca yang kondusif menjadi ...
Jakarta (ANTARA) - Pengamat ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengungkapkan cuaca yang kondusif menjadi faktor kunci produksi beras berjalan dalam kondisi normal.
"Produksi beras nampaknya mengalami kondisi normal kembali pascakondisi El Nino yang berkepanjangan," ujar Nailul Huda saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.
El Nino adalah fenomena ketika suhu permukaan laut (Sea Surface Temperature /SST) di Samudera Pasifik meningkat di atas normal.
Kondisi itu menyebabkan awan lebih banyak di bagian tengah Samudera Pasifik sehingga hujan lebih sedikit di sebagian besar wilayah Indonesia
Faktor cuaca memang menjadi kunci yang mempengaruhi panen padi yang kemudian berdampak pada ketersediaan stok dan harga beras di pasaran.
"Tahun kemarin memang terjadi musim kemarau berkepanjangan dan pergeseran musim panen di kuartal pertama. Yang tadinya musim panen terjadi di Maret, namun bergeser ke April-Mei. Akibatnya stok sangat tidak stabil dan membuat harga menjadi sangat tidak menentu," katanya.
Nailul mengatakan faktor cuaca yang tidak dalam kondisi ekstrem pada saat ini akan membuat produksi beras dalam kondisi stabil.
"Tahun ini nampaknya musim panen raya akan terjadi serentak di bulan Maret. Cuaca juga tidak ada kondisi yang sangat ekstrem sehingga produksi beras nampaknya tidak ada gangguan berarti. Produksi beras di musim panen raya akan stabil," ujarnya.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) memproyeksikan produksi beras secara nasional pada periode Januari-Maret 2025 diperkirakan mengalami peningkatan yang signifikan hingga mencapai 52,32 persen.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), potensi produksi beras Januari-Maret 2025 diperkirakan mencapai 8,67 juta ton, meningkat tajam sebesar 52,32 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024 yang tercatat sebesar 5,69 juta ton
Peningkatan itu sejalan dengan meluasnya potensi luas panen padi yang diperkirakan mencapai 2,83 juta hektare. Angka ini menunjukkan kenaikan sekitar 970.330 hektare atau 52,08 persen dibandingkan dengan luas panen pada Januari-Maret 2024 yang hanya sebesar 1,86 juta hektare.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Iskandar Zulkarnaen
Copyright © ANTARA 2025