Sumsel Ekspor Kopi Perdana ke Malaysia dan Australia Senilai Rp 33,6 Miliar
Ekspor kopi pada 2025 sebanyak 14 kontainer berkapasitas 19,8 ton untuk dikirim ke Malaysia sebanyak 10 kontainer dan Australia sebanyak 4 kontainer.
TEMPO.CO, Palembang - Sumatera Selatan (Sumsel) menembus pasar Internasional dengan melakukan komersil perdana ke Malaysia dan Australia yang difasilitasi oleh Otoritas Jasa Keuangan () melalui ekosistem industri yang bekerja sama dengan berbagai pemangku kebijakan terkait.
Adapun ekspor kopi yang akan dilakukan sepanjang 2025 adalah sebanyak 14 kontainer berkapasitas 19,8 ton. Kopi itu akan dikirim ke Malaysia sebanyak 10 kontainer dan Australia sebanyak 4 kontainer, dengan jumlah total 277,2 ton atau senilai Rp 33,6 miliar.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wilayah Sumatera Selatan (Sumsel) dan Bangka Belitung (Babel), Arifin Susato mengatakan, pada ekspor perdana ini, OJK baru melepas sebanyak tiga kontainer atau 59,4 ton green bean kopi dari 2 daerah penghasil kopi di Sumsel.
Sehingga, ada 8 kontainer yang tersisa untuk dikirim ke Malaysia dan 3 kontainer lagi untuk dikirim ke Australia dengan total keseluruhan sebanyak 217,8 ton atau senilai Rp 26,4 miliar.
"Dikirim ke Malaysia 2 kontainer yaitu 39,6 ton dan Australia 1 kontainer yaitu 19,8 ton, jadi totalnya baru 3 kontainer atau 59,4 ton yang dikirim untuk ekspor perdana ini," kata Arifin Susanto di Pelabuhan Bom Baru Palembang pada Ahad, 19 Januari 2025.
Untuk ekspor ke Malaysia, sedikitnya ada dua jenis kopi yang dikirim yaitu Robusta Grade 4 asal Pagaralam dan Arabica Grade 1 Specialty asal Semendo, Muara Enim. Sedangkan, kopi yang dikirim untuk ke Australia adalah kopi jenis Robusta Grade 1 asal Pagaralam.
Lebih jauh, Arifin menyebut salah satu tantangan dalam ekspor kopi selama ini adalah tidak jelasnya sistem penjualan kopi di Sumsel, sebagai penghasil kopi terbesar nomor satu di Indonesia. Walhasil, kopi khas itu tak dikenal oleh masyarakat banyak.
Buktinya kata Arifin, selama 13 tahun menjadi daerah penghasil kopi dengan angka produksi kopi sebanyak 190 ribu ton per tahun, Sumsel masih belum bisa melakukan ekspor kopi secara tunggal. "Selama ini ekspornya tidak dilakukan di Sumsel. Ibaratnya, Sumsel punya kopi, Lampung punya nama," kata Arifin.
Hal itu kata Arifin, menjadi alasan OJK dan Pemerintah Provinsi Sumsel dalam membentuk ekosistem penjualan agar bisa melakukan ekspor ke luar negeri, sehingga mengenalkan kopi Sumsel ke kancah dunia dan akan mengembangkannya ke berbagai negara.
“Jadi ini mungkin tidak akan menjadi yang pertama, selanjutnya juga akan ada pengembangan. Kita akan bekerja sama dengan eksportir asli dari Palembang untuk menjajaki ekspor ke Algeria,” kata Arifin.
Sementara itu, Penjabat Gubernur Sumsel Elen Setiadi mengatakan potensi dan manfaat ekonomi kopi Sumsel juga tergolong sangat tinggi. Namun, masih banyak hal yang harus dikerjakan oleh Pemerintah Sumsel dalam fasilitas pascapanen petani kopi Sumsel, seperti penyediaan gudang dan pengering (dryer) untuk menjaga kualitas kopi yang dihasilkan.
"Petani butuh difasilitasi, karena belum ada nilai hilir. Karena yang selama ini diproduksi, langsung dijual ke offtaker dan buyer. Jadi nilai tambahnya hanya dalam produk kopi, padahal tinggal satu step kita olah, nilai ekonominya mungkin akan lebih tinggi,” kata Elen.