3 Alasan Mengapa Overtourism Bisa Mengancam Objek Wisata
Overtourism terlihat di kota-kota yang sangat populer, pemandangan alam yang indah, dan Situs Warisan Dunia UNESCO.
![3 Alasan Mengapa Overtourism Bisa Mengancam Objek Wisata](https://statik.tempo.co/data/2019/10/22/id_882646/882646_720.jpg)
TEMPO.CO, Jakarta - Pariwisata bisa menjadi pedang bermata dua di tempat-tempat populer dunia. Sektor ini menjadi salah satu sumber pendapatan yang signifikan, tetapi juga bisa menjadi pemicu malapetaka di lingkungan sekitar objek wisata jika terjadi atau pariwisata berlebihan.
Menurut UN Tourism Data Dashboard (2024), negara-negara termasuk Thailand, Seychelles, dan Yunani telah mengalami peningkatan besar dalam pariwisata. Kedatangan internasional meningkat lebih dari dua kali lipat dalam dekade sebelum COVID. Namun, dengan munculnya media sosial dan kemudahan akses, fenomena overtourism pun muncul. Fenomena ini juga mengancam beberapa dan tempat bersejarah paling ikonik di dunia.
Overtourism terjadi ketika gelombang pengunjung yang sangat besar memadati kota, objek wisata, atau destinasi, hingga melampaui kapasitas lokal untuk pengelolaan berkelanjutan. Fenomena ini sebagian besar terlihat di kota-kota yang sangat populer, pemandangan alam yang indah, dan Situs Warisan Dunia UNESCO.
Bagaimana overtourism merusak objek wisata terbesar di dunia? Berikut dampak berlebihan bagi tempat wisata, seperti dilansir dari Times of India.
Pariwisata yang berlebihan merupakan salah satu fenomena yang
paling memprihatinkan yang menyebabkan kerusakan yang tidak
dapat dipulihkan pada landmark alam, pantai, dan terumbu
karang.
Misalnya, Great Barrier Reef di Australia rusak parah.
Penelitian mengatakan bahwa pemutihan karang, yang telah
diperburuk oleh perubahan iklim, disumbang oleh polusi dan
kerusakan fisik dari wisatawan.
Di tempat-tempat seperti Venesia dan kota kuno Kyoto, Jepang, tradisi dan cara hidup lokal digantikan oleh tuntutan industri pariwisata. Masyarakat adat di tempat-tempat seperti Machu Picchu mendapati identitas budaya mereka terkikis karena mereka dipaksa untuk memenuhi tuntutan pengunjung internasional.
Pariwisata menghasilkan uang dan pendapatan, tapi manfaat ekonomi sering kali tidak terdistribusi secara merata. Perusahaan-perusahaan internasional mendapatkan banyak uang tetapi hanya memberikan sebagian kecil keuntungan finansial kepada masyarakat lokal.
Dampak tersebut sudah dirasakan banyak destinasi di dunia. Beberapa destinasi telah menerapkan langkah yang dianggap bisa jadi solusi, misalnya Venesia menerapkan pajak turis dan membatasi jumlah kelompok wisatawan, Amsterdam melarang kapal pesiar, dan Kyoto menutup akses ke distrik tertentu karena masyarakatnya merasa terganggu oleh wisatawan.
Meskipun overtourism telah menjadi masalah, pariwisata tetap berperan penting dalam memperoleh pendapatan, pekerjaan, dan ekonomi di seluruh dunia. Jadi, langkah yang bisa dilakukan adalah menerapkan dan mendorong pariwisata yang bertanggung jawab untuk melindungi objek wisata dan situs warisan untuk generasi mendatang.
Pilihan Editor: