Mengapa Hari Valentine identik dengan cokelat? Ini asal mulanya

Hari Valentine identik dengan perayaan cinta, romansa, dan berbagai gestur bermakna. Namun, pernahkah Anda ...

Mengapa Hari Valentine identik dengan cokelat? Ini asal mulanya

Jakarta (ANTARA) - Hari Valentine identik dengan perayaan cinta, romansa, dan berbagai gestur bermakna. Namun, pernahkah Anda bertanya-tanya bagaimana tradisi ini bermula? Atau mengapa cokelat menjadi simbol utama kasih sayang? Untuk memahami hal itu, mari menelusuri sejarah Hari Valentine dan alasan di balik dominasi cokelat dalam perayaan ini.

Dapat diketahui, perayaan Hari Valentine dirayakan setiap 14 Februari, masyarakat di berbagai belahan dunia merayakan Hari Valentine dengan beragam cara. Salah satu tradisi yang paling menonjol adalah pemberian cokelat sebagai simbol kasih sayang. Namun, bagaimana cokelat bisa begitu erat kaitannya dengan perayaan ini? Berikut deretan sejarah dan filosofinya.

Baca juga:

Sejarah Valentine

Hari Valentine berakar dari tradisi Roma kuno, di mana pertengahan Februari dirayakan dengan Festival Lupercalia, sebuah perayaan untuk menyambut musim semi dan merayakan kesuburan. Ritual ini menjadi bagian penting dalam budaya Romawi sebelum akhirnya mengalami perubahan makna seiring berjalannya waktu.

Perayaan ini kemudian dikaitkan dengan Santo Valentine, seorang martir Kristen yang menentang larangan pernikahan dari Kaisar Claudius II. Dengan berani, ia menikahkan pasangan secara diam-diam sebagai bentuk perjuangan atas nama cinta. Aksinya yang penuh pengorbanan menjadikannya simbol romansa yang terus dikenang hingga kini.

Pada abad pertengahan, Hari Valentine semakin lekat dengan ungkapan kasih sayang. Sastrawan seperti Geoffrey Chaucer dan William Shakespeare memperkuat citra ini melalui karya-karya mereka, hingga akhirnya muncul tradisi bertukar pesan dan hadiah yang masih berlangsung hingga kini.

Baca juga:

Hubungan cokelat dan Hari Valentine

Cokelat menjadi simbol utama du Hari Valentine, tradisi ini bermula pada abad ke-17, ketika cokelat masih dianggap sebagai barang mewah yang hanya dapat dinikmati oleh kaum bangsawan Eropa. Rasanya yang kaya serta citranya yang eksklusif menjadikannya pilihan istimewa untuk berbagai perayaan penting.

Memasuki abad ke-19, produksi cokelat semakin berkembang, membuatnya lebih mudah diakses oleh masyarakat luas. Pada tahun 1861, Richard Cadbury melihat peluang ini dengan menciptakan kotak cokelat berbentuk hati pertama yang dihiasi desain romantis, bertepatan dengan meningkatnya popularitas Hari Valentine.

Strategi pemasaran ini sukses besar, mengukuhkan cokelat sebagai hadiah khas perayaan kasih sayang. Seiring berjalannya waktu, tradisi memberikan cokelat pada Hari Valentine menyebar ke berbagai negara dan budaya. Di Jepang, misalnya, terdapat tradisi unik di mana perempuan memberikan cokelat kepada laki-laki pada tanggal 14 Februari.

Di Indonesia, meskipun tidak semua orang merayakan Hari Valentine, pemberian cokelat tetap menjadi simbol universal untuk mengekspresikan kasih sayang pada hari perayaan tersebut.

Tradisi memberikan cokelat pada Hari Valentine merupakan hasil dari kombinasi sejarah yang melekat. Hingga kini, cokelat tetap menjadi pilihan utama untuk mengekspresikan perasaan cinta dan apresiasi kepada orang-orang terkasih pada hari istimewa tersebut.

Baca juga:

Baca juga:

Pewarta: M. Hilal Eka Saputra Harahap
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2025