Pertamina Buka Suara soal Ancaman Bahlil ke Blok Masela

Ada tiga perusahaan migas yang akan menggarap gas di Blok Masela, yakni PT Pertamina Hulu Energi, Petronas Masela Sdn Bhd, dan Inpex Masela Ltd.

Pertamina Buka Suara soal Ancaman Bahlil ke Blok Masela

PT Pertamina berkomitmen untuk segera memproduksi gas di Blok Masela. Hal ini menanggapi ancaman Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia untuk mencabut konsesi di Blok Masela.

Saat ini, ada tiga perusahaan migas yang akan menggarap gas di Blok Masela, yakni PT Pertamina Hulu Energi, Petronas Masela Sdn Bhd, dan Inpex Masela Ltd. Konsesi pengerjaan blok kini dipegang oleh Inpex lantaran pemilikan dalam kawasan tersebut mencapai 65%.

"Saya rasa tidak elegan kalau saya mengomentari ancaman tersebut karena kami adalah mitra Inpex. Kami harus mendukung upaya yang dilakukan secara kemitraan untuk sesegera mungkin memproduksi gas di Blok Masela," kata Direktur Eksplorasi PHE Muharram Jaya Panguriseng, di Bali, Selasa (11/2).Bahlil sebelumnya mencatat, Inpex telah memegang konsesi Blok Masela sejak 1998 atau 26 tahun tetapi belum menerbitkan rencana pengembangan lapangan migas atau POD. Menurutnya, ancaman tersebut juga akan dilayangkan kepada investor yang telah selesai melakukan eksplorasi pada 300 sumur migas."Saya sudah bikin surat yang isinya kalau tahun ini tidak melakukan pekerjaan untuk produksi, ya mohon maaf, kami akan cabut konsesi. Kami akan mengevaluasi semua sumur  migas untuk kebaikan investor, rakyat, bangsa, dan negara," kata Bahlil di BeritaSatu Outlook 2025, Kamis (30/1).

Ia berargumen langkah ini merupakan bagian dari pencapaian target produksi atau lifting minyak hingga 1 juta barel per hari pada 2029. Produksi minyak pada akhir tahun lalu hanya sekitar 600.000 barel per hari.

Bahlil mencatat, produksi minyak pada tahun lalu turun hingga 62,5% jika dibandingkan dengan capaian 1997 sebanyak 1,6 juta barel per hari. Padahal pada 1997, konsumsi minyak nasional hanya 600.000 barel per hari.

Ia mencatat, konsumsi minyak nasional telah naik menjadi 1,6 juta barel per hari. Status Indonesia sebagai net eksportir pada 1998 telah berbalik menjadi net importir sebanyak 1 juta barel per hari pada tahun lalu.

Menurut dia, penyebab Indonesia menjadi pengimpor adalah banyaknya sumur minyak pasif di dalam negeri yang mencapai sekitar 24.000 sumur. Selain itu, 16.000 sumur minyak yang masih berproduksi saat ini telah tua atau berusia sekitar 75 tahun.

Karena itu, Bahlil akan menggenjot 300 sumur yang telah menyelesaikan tahap eksplorasi untuk mulai produksi pada tahun ini. Pada saat yang sama, Bahlil berencana memaksimalkan produksi pada 16.000 sumur eksisting menggunakan teknologi pengurasan minyak tahap lanjut atau EOR.

"Kami akan lakukan evaluasi pada sumur-sumur yang telah selesai agar pengusaha tidak mengendalikan negara. Pada saat yang sama, negara tidak boleh zalim pada pengusaha," katanya.

Reporter: Andi M. Arief