Bandarlampung (ANTARA) - Guru Besar FISIP Universitas Lampung
Prof Arizka Warganegara, SIP, M.A, Ph.D menilai perjalanan
diplomatik luar negeri Presiden Prabowo Subianto memiliki makna
dan simbol strategis soal masa depan politik luar negeri
Indonesia di bawah kepemimpinannya."Perjalanan diplomatik luar
negeri Presiden Prabowo kali ini mengandung makna yang
berarti. Bukan hanya sebagai perjalanan pertama Prabowo sebagai
Presiden, tapi menarik, melihat rute perjalanan yang dilakukan
dimulai dari Tiongkok, Amerika Serikat, hadir pada forum APEC dan
G-20 terakhir menuju London, Inggris untuk bertemu Raja Charles
dan Perdana Menteri Inggris Raya," katanya dihubungi di
Bandarlampung, Jumat.Rute perjalanan ini dalam pandangan
Prof Arizka mempunyai makna dan simbol strategis soal
masa depan politik luar negeri Indonesia di bawah Presiden
Prabowo.
Baca juga: Selain
misi diplomatik Indonesia, lanjut dia, perjalanan ini bertujuan
mendorong masuknya FDI (
Foreign Direct Investment) bagi
Indonesia.Pada satu sisi, secara politik, Indonesia terlihat
mencoba berdiri pada posisi tengah (non-blok) merujuk pada rute
perjalanan terlihat sekali Presiden Prabowo mengakomodasi
kepentingan Indonesia, baik di negara-nagara barat dan maupun
timur secara proporsional."Dalam pandangan saya, ada banyak isu
geopolitik yang harus disikapi dengan jeli, persoalan Laut
Tiongkok Selatan (bagaimana sikap Indonesia terhadap agresivitas
Tiongkok di wilayah ini), perang Ukraina-Rusia yang tidak kunjung
usai, konflik Palestina dan Israel serta potensi krisis ekonomi
global, di saat beberapa negara
major ekonomi dunia
dalam tren ekonomi yang tidak cukup baik, harus diakui merujuk
pada beberapa indikator ekonomi, kondisi ekonomi global berada
dalam situasi yang tidak menentu," ujar dia.Kedatangan Prabowo ke
beberapa negara ini mengindikasikan kebijakan luar negeri
Indonesia mencoba menjaga keseimbangan kepentingan Indonesia pada
negara-negara barat (Amerika Serikat, Inggris dll),dan timur,
terutama Tiongkok sebagai ekonomi terbesar nomor 2 dunia saat
ini, pola ini juga memberikan indikasi Prabowo akan meneruskan
pola kebijakan politik non-blok.
Baca
juga: Namun, kata Prof Arizka, akan lebih baik
jika kebijakan luar negeri Indonesia berbasis pada kepentingan
dalam negeri.Pemerintahan Presiden Prabowo juga mesti memutuskan
dengan segera dan jelas soal bagaimana kebijakan LN Indonesia
selama 5 (lima) tahun ke depan, akan fokus pada aspek kebijakan
luar negeri yang mana? misalkan, bagaimana sikap RI soal konflik
di berbagai kawasan (Eropa Timur dan Timur Tengah)?
Disputes di Laut Tiongkok Selatan? Bagaimana sikap RI
soal perang dagang Amerika Serikat dan Tiongkok? Sikap RI soal
kerja sama dengan negara-negara ASEAN? Soal keberlanjutan ASEAN
Economic Community 2025.Pada bagian lain, lanjutnya, kemenangan
Donald Trump tentu akan mengubah peta dan sikap Amerika Serikat
terhadap dunia, terutama dalam konteks kebiasaan Amerika Serikat
tentu akan sama
internal affairs Amerika Serikat adalah
foreign policy-nya Amerika Serikat.Era Trump,
kemungkinan besar kebijakan LN Amerika Serikat akan fokus
terhadap persoalan dalam negeri, terutama soal inflasi dan
imigran.Terdapat potensi besar bagi meredanya eskalasi perang
Ukraina dan Rusia. "Pada sisi lain, kita belum dapat informasi
yang jelas apakah kebijakan yang akan diambil oleh Trump soal
Israel dan Palestina kembali? (dalam konteks ini kita berharap
sebagai negara Muslim terbesar, Indonesia di bawah Presiden
Prabowo bisa lebih aktif berperan menciptakan perdamaian di
kawasan ini).
Baca juga: Baca juga: "Yang menjadi menarik melihat bagaimana sikap
Trump terhadap politik di Kawasan Indopasifik, hal ini terkait
juga dengan persaingan merebut pengaruh kawasan antara Amerika
Serikat dan Tiongkok, dan
trade war Trump terhadap
Tiongkok ini mesti dibaca dengan cerdas oleh Pemerintahan
Prabowo, tidak mudah menjaga keseimbangan, tapi mesti dilakukan,"
katanya.Pada akhirnya, ujar dia, bagi Indonesia yang paling
penting sekarang adalah menjaga keseimbangan kepentingan internal
sebagai sebuah bangsa dan dinamika global.
Pewarta: Triono Subagyo
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024