Dolar AS Menguat, Harga Emas Terjun ke Level Terendah dalam 2 Bulan

Seiring dengan penguatan dolar yang saat ini terjadi, di sisi lain harga emas dunia terus mengalami pelemahan dan mencapai level terendah dalam dua bulan terakhir.

Dolar AS Menguat, Harga Emas Terjun ke Level Terendah dalam 2 Bulan

Amerika Serikat (AS) menguat terhadap rupiah pada perdagangan Jumat (15/11) siang, dengan rupiah tercatat di Rp 15.899 per dolar AS, melemah 0,23% dari hari sebelumnya di Rp15.862.

Selain rupiah, beberapa mata uang Asia lainnya juga mengalami pelemahan, termasuk peso Filipina, yuan China, yen Jepang, dan dolar Hong Kong. Indeks dolar AS menguat menjadi 106,77, naik dari 106,67 pada hari sebelumnya.

Mengutip Reuters pada Jumat (15/11), seiring dengan penguatan dolar, di sisi lain harga emas dunia terus mengalami pelemahan dan mencapai level terendah dalam dua bulan terakhir.

Harga emas spot turun 0,1% menjadi US$ 2.570,05 per troy ons, menyentuh level terendah sejak 12 September. Sementara itu, harga emas berjangka AS ditutup 0,5% lebih rendah pada US$ 2.572,90.

"Saya tidak melihat data inflasi terbaru memiliki dampak langsung yang signifikan pada emas," kata Peter Grant, Vice President dan Senior Metals Strategist di Zaner Metals.

"Saya pikir The Fed akan merahasiakan rencananya sampai pemerintahan Trump dan Kongres yang baru terbentuk dan benar-benar mencoba memberlakukan beberapa kebijakan yang telah dibicarakan selama kampanye dan pasca-pemilu," tambahnya.

Kondisi pasar tenaga kerja yang membaik diharapkan mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga ketiga bulan depan, bahkan ketika data menunjukkan kemajuan dalam menurunkan inflasi telah terhenti.

Berdasarkan data Fedwatch, pasar saat ini memperkirakan kemungkinan sebesar 76% untuk pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Federal Reserve pada bulan Desember.

Setelah kemenangan besar Partai Republik dalam pemilihan umum 5 November, harga emas turun lebih dari US$ 170. Penurunan ini dipicu oleh tarif yang diusulkan Presiden terpilih Donald Trump, yang dipandang dapat memicu inflasi, sehingga mendorong Federal Reserve untuk memperlambat laju pemangkasan suku bunganya.

Meskipun kebijakan Trump berpotensi meningkatkan inflasi AS, pasar tampaknya mengabaikan emas sebagai lindung nilai terhadap inflasi, kata Han Tan, Kepala Analis Pasar Exinity Group.

Investor kini menunggu pernyataan dari Ketua Fed, Jerome Powell, yang dijadwalkan akan memberikan komentar, bersama dengan data penjualan ritel pada hari Jumat.

"Emas bisa mendapat keuntungan jika Powell menghindari mengaitkan perubahan kebijakan langsung dengan keputusan Fed, karena hal ini dapat meredam ekspektasi suku bunga AS," ujar Fawad Razaqzada, analis Forex.com, dalam catatan analisisnya.

Sementara itu, harga perak spot naik 0,5% menjadi US$ 30,48 per ons, setelah sempat mencapai level terendah sejak 12 September di awal sesi. Harga platinum turun 0,1% menjadi US$ 936,94, sementara harga paladium naik 0,8% menjadi US$ 941,00.