Kerja Sama Militer Amerika Serikat-Filipina Diminta Tidak Ganggu Hak Maritim Cina

Kementerian Luar Negeri Cina meminta agar kerja sama militer AS dan sekutunya Filipina di Laut China Selatan tidak mengganggu kepenting Cina

Kerja Sama Militer Amerika Serikat-Filipina Diminta Tidak Ganggu Hak Maritim Cina

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri meminta agar kerja sama militer yang dilakukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya Filipina di Laut China Selatan tidak mengganggu kepentingan maritim Cina di wilayah tersebut.

"Kerja sama militer antara AS dan Filipina tidak boleh merusak kedaulatan dan hak serta kepentingan maritim Beijing di Laut Cina Selatan, apalagi jika kerja sama tersebut mendukung klaim ilegal Filipina," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning dalam konferensi pers di Beijing pada Kamis, 23 Januari 2025.

Hal tersebut menanggapi pernyataan dari Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS Tammy Bruce yang mengatakan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio pada Rabu, 22 Januari 2025, berbicara dengan Menteri Luar Negeri Filipina Enrique A. Manalo termasuk soal tindakan Cina yang dianggap berbahaya dan mengganggu stabilitas di Laut Cina Selatan.

Menteri Rubio menyampaikan perilaku Cina bisa merusak perdamaian dan stabilitas regional serta tidak sesuai dengan hukum internasional.

"Aktivitas Cina di perairan yang relevan adalah sah, sesuai hukum, dan sepenuhnya dapat dibenarkan. AS bukan pihak dalam masalah Laut Cina Selatan dan tidak memiliki hak untuk mencampuri masalah maritim antara Cina dan Filipina," ungkap Mao Ning.

Cina, kata Mao Ning, akan terus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kedaulatan teritorial dan hak serta kepentingan maritimnya dengan tegas serta menegakkan perdamaian dan stabilitas di . Sedangkan terkait pengerahan rudal jarak menengah yaitu sistem rudal Typhon milik AS ke Filipina yang awalnya sebagai bagian dari latihan militer gabungan dengan Filipina sejak tahun lalu, Mao Ning mengatakan hal itu hanya memicu ketegangan.

"Filipina pada dasarnya menciptakan ketegangan dan pertentangan di kawasan tersebut dan memicu konfrontasi geopolitik serta perlombaan senjata. Ini adalah langkah yang sangat berbahaya dan pilihan yang sangat tidak bertanggung jawab bagi rakyatnya sendiri dan rakyat negara-negara Asia Tenggara lainnya," tambah Mao Ning.

Ia pun menyerukan sekali lagi kepada Filipina untuk mengindahkan seruan dari negara-negara di kawasan. "Memperbaiki kesalahan sesegera mungkin, segera menarik sistem rudal Typhon sebagaimana yang dijanjikan secara publik dan berhenti melangkah lebih jauh ke jalan yang salah," tegas Mao Ning.

Dalam pembicaraannya dengan Menteri Luar Negeri Enrique, Marco Rubio menggarisbawahi komitmen kuat AS terhadap Filipina berdasarkan Perjanjian Pertahanan Bersama. Kedua Menteri juga bertukar pandangan tentang berbagai cara untuk memajukan kerja sama keamanan, memperluas hubungan ekonomi untuk kemakmuran bersama, dan memperdalam berbagai peluang untuk kerja sama regional lebih lanjut.

Sebelumnya pada April 2024, AS telah menyebutjui untuk memberikan alokasi militer sebesar 2 miliar dolar AS kepada FIlipina untuk memodernisasi angkatan bersenjatanya dan memperkuat kemampuan penjaga pantai.

Kemudian sekitar 125 juta dolar AS (sekitar Rp2 triliun) akan dialokasikan untuk pembangunan dan perbaikan sebagian markas-markas militer Filipina yang akan dipakai pasukan AS, sesuai Perjanjian Pertahanan yang Ditingkatkan pada 2014 lalu. Sistem rudal Typhon milik AS didatangkan ke Filipina sebagai bagian dari latihan militer gabungan dengan Filipina pada awal tahun lalu.

Pilihan editor: 

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik