Komdigi: AI Jadi Penggerak PDB per Kapita Indonesia Menuju US$ 15.700 pada 2038
Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menargetkan peningkatan PDB per kapita di tahun 2023 mencapai US$ 15.700 melalui pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menargetkan peningkatan PDB per kapita di tahun 2023 mencapai US$ 15.700 melalui pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).
Menteri Komdigi Meutya Hafid mengungkapkan target ini sebagai langkah perwujudan menuju Indonesia Emas 2045, di mana tahun 2034 diperkirakan menjadi point of no return bagi Indonesia untuk mencapai status high income economy pada 2038.
“Pada tahun-tahun tersebut, PDB per kapita nasional diperkirakan akan mencapai US$ 15.700 atau tiga kali lipat lebih besar dari PDB per kapita tahun 2023,” kata Meutya Hafid dalam acara Indonesia AI Day 2024, di Jakarta Selatan pada Kamis (14/11).
Ia menambahkan, target ini bisa dicapai dengan asumsi bahwa kesenjangan harus diatasi melalui pemanfaatan teknologi digital untuk mendorong produktivitas. Hal tersebut telah dituangkan dalam Visi Indonesia Digital 2045 sebagai panduan bagi pemerintah, industri serta masyarakat untuk menciptakan ekosistem digital yang inklusif di Indonesia.
“Artinya, 5 tahun ke depan yang akan kita jalani bersama-sama merupakan periode yang amat kritikal dalam menentukan arah dan laju kemajuan bangsa Indonesia,” tambahnya.
Salah satu misi utama dalam rencana ini adalah menjadikan kecerdasan buatan (AI) sebagai teknologi prioritas yang perlu diperkuat tata kelola, pengembangan, dan pemanfaatannya.
Dengan AI, target pertumbuhan ekonomi sebesar 8% yang ditetapkan oleh Presiden Prabowo Subianto dapat tercapai.
Meutya menambahkan, Indonesia berkaca pada tren kenaikan investasi pada AI generatif secara global, di mana pada sektor swasta telah meningkat 6 kali lipat selama dua tahun. Sejak 2021, awalnya US$ 4 miliar menjadi US$ 25 miliar pada 2023.
Perkembangan AI secara masif telah membawa manfaat bagi sektor pekerjaan di seluruh dunia. Di negara berpendapatan tinggi, AI berdampak pada 60% pekerjaan, sementara di negara berpendapatan menengah dan rendah, angkanya masing-masing 40% dan 26%.
Tren ini juga menunjukkan dominasi negara-negara Global North dalam pasar tenaga kerja AI, dipimpin oleh Amerika Serikat dengan pangsa 1,62%, diikuti oleh Spanyol, Swedia, Belgia, Belanda, dan Prancis.
Melihat tren tersebut, Indonesia berupaya mengejar pengembangan AI dengan mengadopsi tata kelola AI di sejumlah sektor layanan publik. Seperti di antaranya, Kementerian Komdigi mengembangkan teknologi AI untuk mendeteksi berita palsu atau hoax yang beredar di ruang digital.
Selain itu, Dirjen Pajak Kementerian Keuangan
mengembangkan chatbox berbasis AI untuk membantu wajib pajak
mendapatkan informasi dan layanan yang lebih mudah.
Kementerian Kesehatan mengembangkan dan memanfaatkan AI dalam
teknologi kesehatan di bidang radiologi dan patologi di
beberapa rumah sakit.