Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
(BMKG) memastikan bahwa benda putih yang ditemukan mengambang
dari langit hingga perlahan turun ke permukaan tanah di Kabupaten
Murung Raya, Kalimantan Tengah bukan awan jatuh tapi diduga hanya
gumpalan uap. Benda putih serupa awan tersebut
ditemukan oleh sejumlah pekerja pertambangan di Muara Tuhup,
Murung Raya, Kalimantan Tengah dan terekam dalam video
amatir berdurasi lebih dari satu menit menarasikan awan jatuh itu
beredar luas diberbagai kanal media sosial, Jumat (15/11)
petang. "Fenomena tersebut kemungkinan besar bukan awan
alami, melainkan kondensasi uap air atau gas akibat aktivitas
manusia yang terjadi di wilayah pertambangan," kata Direktur
Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani di Jakarta,
Sabtu. Andri menjelaskan bahwa awan tidak dapat jatuh
ke permukaan sebagai gumpalan padat, karena partikelnya sangat
ringan dan tersebar dengan kerapatan rendah.Hal ini
dikarenakan awan adalah kumpulan tetesan air atau kristal es
yang sangat kecil dan ringan, sehingga tetap melayang di atmosfer
dengan bantuan arus udara.Partikel awan biasanya menguap sebelum
mencapai tanah terutama ketika terjadi perubahan lingkungan. Oleh
karena itu, kata dia, fenomena dalam video tersebut kemungkinan
besar bukan awan alami, melainkan kondensasi uap air atau gas
akibat aktivitas teknis atau operasional. Menurutnya,
kondisi ini bisa terjadi karena adanya pelepasan gas bertekanan
tinggi dari aktivitas tambang, yang didukung oleh suhu rendah dan
kelembapan tinggi sehingga lingkungan tersebut mendukung
pembentukan uap kondensasi.Fenomena ini tampak seperti awan turun
atau jatuh karena gumpalan uap atau gas yang dilepaskan bergerak
ke area yang lebih rendah akibat gravitasi atau densitasnya yang
lebih berat daripada udara di sekitarnya."Uap atau gas ini sering
kali lebih padat daripada awan alami, sehingga tampak seperti
bisa disentuh atau dipegang. Namun, ini hanyalah efek visual,
karena sebenarnya yang terlihat hanyalah gumpalan uap yang
bersifat sementara," jelasnya.BMKG menegaskan bahwa fenomena
ini tidak berbahaya dan bersifat sementara sehingga masyarakat,
khususnya yang ada di lokasi sekitar penemuan tidak perlu
khawatir, karena ini bukan tanda adanya gangguan
alam.
Baca juga:
Baca juga:
Baca juga:
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024