Dialog antara Nabi Muhammad dan Seekor Kijang Betina

REPUBLIKA.CO.ID, TAIF -- Pada suatu hari, Ummu Salamah (salah satu istri Nabi Muhammad), menceritakan satu kisah tentang Nabi Muhammad SAW yang berbicara dengan seekor kijang betina. Dalam kitab Al...

Dialog antara Nabi Muhammad dan Seekor Kijang Betina

Seekor kijang betina meminta pertolongan kepada Nabi Muhammad. Foto: Nabi Muhammad (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, TAIF -- Pada suatu hari, Ummu Salamah (salah satu istri Nabi Muhammad), menceritakan satu kisah tentang SAW yang berbicara dengan seekor betina. Dalam kitab Al Waja karangan Ibnu Al Jauzi menyebutkan ketika berada di padang pasir, tiba-tiba ada suara yang memanggilnya, "Wahai Rasulullah!" Maka beliau pun menengok ke arah suara itu berasal.

Tetapi tidak terlihat apa-apa. Kemudian beliau menengok ke arah lainnya, ternyata di sana ada seekor kijang dalam keadaan terikat.

Kijang itu berkata, "Wahai Rasulullah, mendekatlah kepada saya." Maka Rasulullah berjalan mendekatinya. "Ada perlu apa?" ujar beliau.

Kijang itu menjawab, "Saya mempunyai dua anak yang masih kecil di gunung itu. Karenanya, saya mohon kepada engkau untuk melepaskan saya sehingga saya bisa memberikan air susu saya pada mereka. Setelah itu, saya akan kembali lagi ke sini."

"Apakah janjimu bisa dipegang?" ujar Nabi. Kijang itu pun menjawabnya, "Jika saya tidak menepatinya, maka Allah akan mengadzab saya dengan adzabnya orang yang memungut."

Setelah dilepaskan tali ikatannya, kijang itu bergegas pergi demi menyusui kedua anaknya. Tidak lama kemudian, ia kembali lagi ke tempatnya. Maka Rasulullah langsung mengikatnya seperti semula.

Kemudian seorang Arab badui, pemilik kijang itu, datang dan menyapa Rasulullah. "Wahai Rasulullah, apakah engkau menginginkannya?" Beliau menjawab, "Ya. Aku ingin kamu segera melepaskannya."

Maka si badui itu langsung melepaskannya. Dan kijang itu pun lari sambil berkata, "Saya bersaksi tidak ada Tuhan melainkan Allah dan sesungguhnya engkau adalah Rasulullah." (HR. Al-Mundziri dalam At-Targhib wa At-Tarhib dan Abu Nu'aim dalam Dala' il An-Nubuwwah).

sumber : Dok Republika