E-commerce Sumbang Rp 975 triliun ke Ekonomi Digital, Akan Digenjot Pakai AI
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan e-commerce menyumbang 72% ke ekonomi digital. Kontribusi ini bisa ditingkatkan dengan teknologi kecerdasan buatan atau AI.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Hartarto menyebutkan menyumbang 72% ke ekonomi digital. Kontribusi ini bisa ditingkatkan dengan teknologi kecerdasan buatan atau .
Nilai transaksi bruto atau Gross Merchandise Value (GMV) ekonomi digital Indonesia pada 2024 diperkirakan US$ 90 miliar atau Rp 1.424 triliun (kurs Rp 15.818 per US$) tahun ini, menurut laporan Google, Temasek, dan Bain bertajuk ‘e-Conomy SEA 2024’.
Angka tersebut naik 13% secara tahunan atau year on year (yoy) dibandingkan tahun lalu US$ 80 miliar. Nilainya 6% dari nilai Produk Domestik Bruto alias PDB saat ini.
“Sebagian besar kontribusi berasal dari sektor yang digerakkan oleh AI seperti e-commerce yang menyumbang 72% ke ekonomi digital Indonesia,” kata Menteri Airlangga dalam acara AI FORWARD: Alibaba Cloud Developer Summit 2025, di Hotel Raffles, Jakarta Selatan, Selasa (21/1).
Rincian kontribusi per sektor pada ekonomi digital sebagai berikut:
- E-commerce: naik 11% menjadi US$ 65 miliar atau Rp 975 triliun
- Online travel: naik 24% menjadi US$ 9 miliar
- Transportasi dan makanan: naik 13% menjadi US$ 9 miliar
- Media: naik 12% menjadi US$ 8 miliar
- Fintech, yang terdiri dari:
- Pembayaran online: naik 19% menjadi US$ 404 miliar
- Pinjaman online: naik 27% menjadi US$ 9 miliar
- Aset kelolaan alias AUM investasi online: naik 32% menjadi US$ 5 miliar
- Asuransi online: naik 18% menjadi US$ 200 juta
Airlangga menegaskan komitmen Indonesia untuk menjadi ekonomi terbesar kelima di dunia pada 2045. Caranya, mendorong tiga pendorong utama yakni:
- Konsumsi domestik yang dipertahankan pada tingkat 5-6%.
- Pertumbuhan investasi yang dipercepat hingga 10%.
- Ekspor dengan target pertumbuhan hingga 9%.
Upaya ini disebut akan dilakukan melalui sektor-sektor strategis seperti manufaktur, jasa, pariwisata, konstruksi, transisi energi, serta ekonomi digital dan semikonduktor.
Airlangga optimistis ekonomi digital Indonesia dapat berkontribusi hingga US$ 360 miliar pada 2030. “Hal ini menunjukkan potensi besar yang dimiliki Indonesia dalam mengembangkan ekonomi digital sebagai pilar utama pertumbuhan nasional,” kata dia.
Dalam konteks regional, Indonesia turut mendorong kerangka kerja ekonomi digital ASEAN atau DEFA. Saat memimpin ASEAN, Indonesia meluncurkan inisiatif untuk meningkatkan intervensi ekonomi digital di kawasan.
Dengan perjanjian itu, ekonomi digital ASEAN yang diproyeksikan US$ 1 triliun tahun 2030 dapat meningkat menjadi US$ 2 triliun. Perjanjian ini akan ditandatangani pada 2025, dengan multiplier effect yang diharapkan untuk Indonesia US$ 700 miliar - 800 miliar pada 2030.
Menko Airlangga juga menekankan pentingnya pengembangan talenta digital untuk mendukung ekosistem digital. Pemerintah menargetkan 500 ribu literasi digital setiap tahun hingga 2030, atau total 9 juta tenaga kerja dengan keahlian digital, termasuk AI. “Saya menghargai kontribusi Alibaba dalam mendukung pelatihan talenta digital Indonesia,” kata dia.
Secara global, AI diproyeksikan menyumbang US$ 15,7 triliun pada 2030. Sebanyak US$ 6,6 triliun berasal dari peningkatan produktivitas dan US$ 9,1 triliun dari konsumsi.
Dengan konsumsi sebagai salah satu pilar utama ekonomi Indonesia, pemanfaatan AI menjadi kunci untuk mencapai pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan.
Melalui berbagai inisiatif ini, Indonesia menunjukkan komitmen untuk memanfaatkan teknologi, termasuk AI, dalam memperkuat ekonomi digital, baik di tingkat nasional maupun regional.
“Jadi, angka-angka ini menyoroti peran AI sebagai katalis inovasi Sebagai pendorong utama ketahanan Indonesia,” katanya.