Faktor Risiko Aneurisma: Usia, Keturunan, sampai Hipertensi

Pakar saraf menjelaskan hipertensi bisa menjadi salah satu faktor risiko terjadinya aneurisma, selain usia lanjut dan keturunan.

Faktor Risiko Aneurisma: Usia, Keturunan, sampai Hipertensi

TEMPO.CO, Jakarta - Neurolog lulusan Universitas Sam Ratulangi Manado, Jeffry Foraldy Haryanto, mengatakan hipertensi bisa menjadi salah satu faktor risiko . Menurutnya, menderita hipertensi dalam waktu yang lama dan tidak terkontrol bisa membuat dinding pembuluh darah melemah dan biasanya dialami oleh yang sudah berusia lanjut.

"Padahal, dia tidak punya aneurisma. Tapi karena sudah hipertensi lama tak terkontrol, usianya semakin tua, kondisi dalam tubuh menurun, dinding sudah mulai lemah. Ketika tekanan darah tidak terkontrol bisa muncul aneurisma," papar Jeffry.

Dokter di Rumah Sakit Hermina Bitung, Tangerang, itu menjelaskan aneurisma adalah pelemahan dinding pembuluh darah. Ketika terjadi kelemahan muncul benjolan-benjolan di dinding pembuluh darah. Jika pembuluh darah tersebut pecah, salah satunya bisa menyebabkan stroke pendarahan.

"Ketika pembuluh darah pecah, pendarahan di kepala, itu yang kita bilang sebagai bom waktu sudah muncul," ujarnya.

Jeffry mengatakan penyakit metabolik seperti diabetes, kolesterol, obesitas, juga bisa memicu risiko aneurisma karena bisa mempengaruhi dinding pembuluh darah jadi lemah. Ia juga menjelaskan penyebab lain terjadinya aneurisma adalah adanya kelainan pembentukan. Pada beberapa kasus, aneurisma bisa muncul pada usia muda karena terjadi kelainan pembentukan pembuluh darah ketika masih kecil.

"Biasanya sifatnya genetik, jadi keturunan. Misalnya ada riwayat keluarga, bahkan beberapa generasi sebelumnya yang kita tidak tahu punya aneurisma, itu bakat genetiknya yang diturunkan," katanya.

Tanpa gejala khas
Jeffry menjelaskan aneurisma tidak memiliki gejala yang khas jika ukurannya masih kecil. Namun, aneurisma biasanya bisa terdeteksi jika ukurannya semakin besar.

"Sulit sebenarnya kita bilang gejala khas aneurisma. Contoh, kita punya aneurisma ukurannya masih kecil, tidak akan ada gejalanya kecuali misalnya nanti punya aneurisma tapi seiring jalannya waktu ukurannya semakin besar. Ketika di ukuran besar itu ternyata dia menyenggol struktur lain di otak, misalnya kena ke saraf atau pembuluh darah, itu bisa menimbulkan gejala," ujarnya.

"Nanti, gejala yang muncul tiba-tiba apa, itu tadi, sakit kepala mendadak, bisa pingsan mendadak, atau muncul keluhan neurologis lain. Aneurisma itu biasanya pasti hampir mendadak. Jadi, kalau kita bilang gejala khasnya tidak ada," lanjutnya.

Jeffry menambahkan pemeriksaan dapat dilakukan salah satunya dengan periksa magnetic resonance imaging (MRI) pembuluh darah otak sebagai langkah mendeteksi lebih awal sebelum pecah.