Film Saat Luka Bicara Cinta perkuat hubungan Indonesia dan Timor Leste

CEO Widyaiswara Revolusi Sejati sekaligus pelaksana produksi film Saat Luka Bicara Cinta, Wahyuni Refi, mengatakan ...

Film Saat Luka Bicara Cinta perkuat hubungan Indonesia dan Timor Leste
Suara tembakan dan adegan korban berjatuhan bukanlah jadi menu utama yang disajikan dalam film ini.

Jakarta (ANTARA) - CEO Widyaiswara Revolusi Sejati sekaligus pelaksana produksi film Saat Luka Bicara Cinta, Wahyuni Refi, mengatakan bahwa film ini merupakan simbol semangat rekonsiliasi dan persahabatan antara Indonesia dan Timor Leste pascakonflik berdarah yang terjadi dalam kurun waktu 1976 sampai 1999.

"Kami ingin memberikan sumbangsih kepada kedua belah negara untuk lebih maju lagi berbicara tentang rekonsiliasi, sekaligus mewujudkannya dalam suatu hal karya yang ikonik," kata Refi dalam acara gala dinner film persahabatan Indonesia dan Timor Leste di Jakarta Pusat, Rabu.

Film pertama yang diproduksi oleh Indonesia dan Timor Leste ini menyajikan kisah humanis di balik pertempuran berdarah antara dua negara serumpun ini.

Kisah humanis itu terinspirasi dari pengalaman dua tokoh yang pernah terlibat dalam peristiwa di Timor Leste, yakni Letnan Jenderal TNI Purn. Doni Monardo dan Letjen Purn. Kiki Syahnakri.

Kedua tokoh itu, kata dia, yang menginisiasikan dibuatnya film tersebut sejak 2022.

Diungkapkan oleh Refi bahwa suara tembakan dan adegan korban berjatuhan bukanlah jadi menu utama yang disajikan dalam film ini.

"Justru film ini menyajikan sudut lain pandang lain dari peperangan seperti cinta, duka, dan trauma hingga semangat perjuangan kedua negara," ucapnya.

Baca juga:

Baca juga:

Refi melanjutkan, "Kami ingin memberikan pesan cinta kepada dunia bahwa dampak perang dan sebagainya meninggalkan luka dan trauma."

Tidak hanya itu, film ini juga akan dibumbui dengan unsur sudut pandang kebudayaan sehingga membuat kisah yang ditampilkan terkesan lebih humanis dan mendalam.

Melalui unsur kisah cinta, budaya, dan konflik yang terkandung dalam film tersebut, Refi ingin menunjukkan bahwa Indonesia dan Timor Leste pada akhirnya akan tetap berlabuh pada perdamaian walaupun harus melewati masa-masa penuh pertumpahan darah.

"Indonesia dan Timor Leste membuktikan bahwa di antara negara yang pernah berperang dan sebagainya selama 25 tahun adalah dua negara yang paling cepat move on," jelas dia.

Menurut Refi, film ini mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah Indonesia maupun Timor Leste. Dukungan dari pemerintah Timor Leste, lanjut dia, sangat terasa lantaran sebagian besar pengambilan gambar akan dilakukan di Dili, Timor Leste.

Diinformasikan pula bahwa produksi pengambilan gambar akan dimulai akhir April 2025, dan direncanakan tayang perdana pada bulan Agustus 2025.

Dengan adanya film ini, Refi berharap hubungan kedua negara akan makin kuat dan masyarakat menjadi teredukasi akan kisah lain di balik pertempuran di Timor Leste.

Pewarta: Walda Marison
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2025