Halte Trans Jatim di Sidoarjo Jika Malam Gelap Rawan Kekerasan Berbasis Gender
Halte Trans Jatim di Sidoarjo Jika Malam Gelap Rawan Kekerasan Berbasis Gender. ????Halte-halte Trans Jatim Koridor 1 yang tersebar di Kabupaten Sidoarjo kini bak saksi bisu dari harapan akan transportasi publik yang nyaman. -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp
Sidoarjo (beritajatim.com) – Halte-halte Trans Jatim Koridor 1 yang tersebar di Kabupaten Sidoarjo kini bak saksi bisu dari harapan akan transportasi publik yang nyaman.
Kondisi beberapa halte tersebut memprihatinkan, dengan fasilitas yang rusak dan tampilan yang jauh dari layak.
Dari pengamatan beritajatim.com di lapangan, sejumlah halte tampak kusam, dengan cat yang mengelupas dan kursi yang tak lagi utuh. Bahkan jika malam tidak ada lampu penerangan membuat halte gelap dan rawan tindak kejahatan.
Apalagi saat hujan deras atap bocor dan bagi penumpang perempuan rawan dengan pelecehan dan kekerasan berbasis gender (KBG). Keadaan ini membuat warga yang menunggu bus harus bersabar dalam ketidaknyamanan.
“Kadang kalau hujan, kami terpaksa berteduh di warung terdekat karena di halte ini bocor ,” kata Lia, seorang pengguna Trans Jatim di kawasan Sidoarjo.
Catatan beritajatim sejumlah halte yang kondisinya gelap yaitu Halte Bligo, Ngapelsari, dan Ngaban. Di halte Ngaban kondisinya memprihatinkan saat hujan deras halte bocor. Namun kondisi berbeda di kawasan kota yaiotu Halte Pondok Jati dan Sun City yang penerangan masih jalan
Fasilitas yang Tak Lagi Memadai
Halte yang seharusnya menjadi tempat perlindungan bagi
penumpang kini tak mampu menjalankan fungsinya.
Selain kerusakan fisik, kebersihan halte juga menjadi persoalan. Sampah berserakan di sekitar halte, membuat suasana semakin tak nyaman.
Rizal, warga Sidoarjo yang rutin menggunakan Trans Jatim untuk beraktivitas, mengeluhkan kurangnya perhatian dari pihak terkait.
“Sayang sekali, padahal Trans Jatim ini sangat membantu kami yang tidak punya kendaraan pribadi. Kalau haltenya begini, rasanya kurang dihargai sebagai pengguna,” tuturnya.
Harapan Akan Perbaikan
Meski kondisinya memprihatinkan, masyarakat masih menaruh
harapan besar pada pemerintah daerah dan pihak pengelola untuk
memperbaiki fasilitas halte Trans Jatim.
Mereka percaya bahwa transportasi publik yang nyaman akan meningkatkan minat warga dalam menggunakan bus sebagai moda transportasi utama.
“Semoga pemerintah segera turun tangan. Halte ini penting, apalagi Trans Jatim jadi andalan banyak orang untuk pergi ke Surabaya atau Mojokerto,” ujar Sri, seorang ibu rumah tangga yang kerap menggunakan Trans Jatim untuk keperluan belanja.
Sejumlah halte di Sidoarjo tersebut dulunya merupakan halte Bus rapid transit Trans Sidoarjo yang beroperasi sejak 21 September 2015 sebagai solusi transportasi publik yang mendukung mobilitas masyarakat Sidoarjo, mulai dari pekerja pabrik, karyawan kantor, pelajar, hingga pedagang pasar tradisional.
Kehadiran layanan ini diharapkan mampu mempercepat perputaran roda ekonomi di “Kota Delta,” sebutan untuk Sidoarjo yang terletak di delta Sungai Brantas.
Trans Jatim BTS beroperasi setiap hari mulai pukul 06.00 hingga 18.00. Rute perjalanan dimulai dari Terminal Purabaya, Surabaya, menuju pusat kota Sidoarjo melalui tol. Selanjutnya, bus melewati tengah kota, Pasar Larangan, pabrik gula Candi dan Ecco sejumlah kampus, dan berakhir di Terminal Porong. Tarif yang dikenakan sangat terjangkau, yakni hanya Rp 5.000 per penumpang.
Pada awal pengoperasiannya, layanan ini mengandalkan 15 unit bus besar berkapasitas lebih dari 50 penumpang.
Setiap bus berhenti di 15 halte dengan durasi pemberhentian rata-rata 4 menit per halte dan waktu kedatangan antarbus sekitar 10 menit. Armada ini merupakan bantuan dari Kementerian Perhubungan untuk memaksimalkan layanan transportasi di kawasan Sidoarjo.
Namun, jumlah armada yang beroperasi kini mengalami penurunan. Penyesuaian dilakukan berdasarkan tingkat okupansi penumpang dan efisiensi biaya operasional. Tantangan terbesar terjadi saat pandemi Covid-19 pada 2020 dan 2021, ketika operasional bus terhenti sepenuhnya akibat kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Komitmen Pemprov Jatim
Hingga kini, pemerintah Kabupaten Sidoarjo dan pengelola Trans
Jatim belum memberikan pernyataan resmi terkait kondisi halte
yang rusak. Namun, masyarakat berharap adanya perbaikan segera,
mengingat peran penting Trans Jatim sebagai tulang punggung
transportasi publik di wilayah tersebut.
Kondisi halte Trans Jatim Koridor 1 ini menjadi refleksi akan pentingnya perhatian terhadap fasilitas umum. Halte yang layak bukan hanya soal kenyamanan, tetapi juga bentuk penghargaan kepada masyarakat yang mendukung transportasi publik sebagai pilihan utama mereka. (ted)