Inflasi AS dan Sentimen Trump Berpotensi Tekan Rupiah
Sejumlah analis memprediksi rupiah akan mengalami tekanan terhadap dolar AS. Pelemahan ini dipicu oleh kenaikan inflasi di Amerika Serikat dan sentimen kemenangan Donald Trump dalam Pemilu AS.
Sejumlah analis memprediksi rupiah akan mengalami tekanan terhadap dolar AS hari ini. Pelemahan ini dipicu oleh kenaikan inflasi di Amerika Serikat dan sentimen kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) AS.
“Rupiah diperkirakan akan melemah terhadap dolar AS yang melanjutkan penguatan setelah data menunjukkan kenaikan pada tingkat inflasi di AS,” kata Analis komoditas dan mata uang, Lukman Leong kepada Katadata.co.id, Kamis (14/11).
Sementara itu, Lukman mengatakan pernyataan hawkish dari beberapa pejabat The Fed juga ikut mendukung penguatan dolar AS. Pasalnya jika inflasi terus meningkat maka pemangkasan suku bunga The Fed tidak akan berlanjut.
“Rupiah akan melemah hari ini pada level Rp 15.750 per dolar AS hingga Rp 15.900 per dolar AS,” ujar Lukman.
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini pukul 09.15 WIB, rupiah berada pada level Rp 15.851 per dolar AS. Level ini meningkat 67,50 poin atau 0,43% dari penutupan sebelumnya.
Sementara itu, pengamat pasar uang, Ariston Tjendra iuga memprediksi pelemahan rupiah. Terlebih, Ariston mengatakan indeks dolar AS pada pagi ini terlihat makin tinggi dibandingkan pagi sebelumnya yaitu 106,5 versus 105,5.
Data inflasi konsumen AS bulan Oktober yang dirilis semalam juga lebih tinggi dari bulan sebelumnya secara tahunan yaitu 2,6%. Ariston mengatakan hal ini menjadi sentimen tambahan penguatan dolar AS.
“Bila tren inflasi terus bertahan seperti saat ini, The Fed mungkin tidak akan memangkas suku bunganya lagi,” kata Ariston.
Selain itu sentimen Trump juga masih ikut mendorong penguatan dolar AS. Pasar juga mengantisipasi kekhawatiran soal perang tarif di masa pemerintahan Trump.
“Peluang pelemahan rupiah ke arah Rp 15.850 per dolar AS dengan potensi support di kisaran Rp 15.700 per dolar AS,” ujar Ariston.