KFC dan Pizza Hut di Turki Alami Kebangkrutan Akibat Gerakan Boikot Produk Pro Israel
REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL — Is Gida, mantan operator KFC dan Pizza Hut di Turki, telah mengajukan kebangkrutan, dengan alasan hutang sebesar 214 juta dolar AS (sekitar Rp 3,3 triliun). Langkah ini...
REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL — Is Gida, mantan operator KFC dan Pizza Hut di Turki, telah mengajukan kebangkrutan, dengan alasan hutang sebesar 214 juta dolar AS (sekitar Rp 3,3 triliun). Langkah ini dilakukan setelah Yum! Brands mengakhiri perjanjian waralabanya dengan perusahaan tersebut pada 8 Januari 2025 lalu.
Keruntuhan ini, dikutip dari Middle East Monitor, Senin (10/2/2025), telah menyebabkan penutupan 537 restoran dan hilangnya sekitar 7.000 pekerjaan. Daily Sabah melaporkan bahwa banyak karyawan yang diberhentikan tanpa menerima gaji mereka, yang memicu protes di Istanbul, Ankara, dan Izmir.
Abdurrahim Seven, seorang manajer di salah satu dari 283 restoran KFC di negara tersebut, mendesak Yum! Brands David Gibbs dan CEO KFC yang baru, Scott Mezvinsky, untuk mengatasi masalah ini dalam sebuah postingan di LinkedIn pada hari Selasa.
"Kami, ribuan karyawan, masih mengharapkan berita positif dari Yum! Brands. Mengenai operasi Türkiye, kami tidak menyuruh Anda untuk datang atau pergi-kami hanya ingin pernyataan yang jelas sehingga kami dapat merencanakan hidup kami dengan baik," tulis Seven.
"Sekarang setelah menjadi berita, saya dapat dengan jelas mengatakan bahwa kenyataan yang kami hadapi saat ini adalah utang miliaran lira Turki, barang tidak bergerak perusahaan yang disita oleh bank dan lembaga negara, termasuk pabrik-pabrik kami, dan semua tabungan saya yang saya jaminkan," ujar CEO Is Gida, Ilkem Sahin, dalam sebuah pernyataan pada awal pekan ini.
Yum! Brands menyebutkan ketidakpatuhan terhadap perjanjian waralaba sebagai alasan pemutusan hubungan. Sebelum pemutusan hubungan, Yum! Brands telah bekerja sama dengan Is Gida selama beberapa bulan "untuk memberikan bantuan dan menyelesaikan masalah-masalah utama," tetapi Is Gida pada akhirnya tidak dapat mempertahankan kepatuhan terhadap standar perusahaan, ujar Chris Turner, Kepala Keuangan dan Waralaba Perusahaan.
BACA JUGA:
Penutupan ini terjadi di tengah boikot yang lebih luas terhadap merek-merek Barat di Turki dan wilayah yang lebih luas karena hubungan mereka dengan Israel, yang telah menewaskan lebih dari 47 ribu orang di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
Sementara itu, Yum! Brands melaporkan hasil keuangan yang kuat, membukukan laba bersih sebesar 1,49 miliar dolar AS untuk 2024, mendorong sahamnya naik lebih dari 8 persen di Bursa Efek New York.
Loading...