Negara-Negara Arab Menentang Pemindahan Warga Palestina dari Gaza
REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Lima Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab dan seorang pejabat senior Palestina mengirim surat bersama kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio yang menentang rencana pemindahan...
Ribuan pengungsi Palestina tiba di Jalur Gaza utara menyusul mundurnya tentara Israel, Senin, 27 Januari 2025.
REPUBLIKA.CO.ID,YERUSALEM -- Lima Menteri Luar Negeri (Menlu) Arab dan seorang pejabat senior Palestina mengirim surat bersama kepada Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Marco Rubio yang menentang rencana pemindahan warga Palestina dari Gaza, seperti yang diusulkan oleh Presiden Donald Trump pada akhir Januari lalu.
Surat tersebut dikirim pada Senin (3/2/2025) dan ditandatangani oleh para menteri luar negeri Yordania, Mesir, Arab Saudi, Qatar dan Uni Emirat Arab (UEA), serta penasihat presiden Palestina, Hussein al-Sheikh. Hal ini pertama kali dilaporkan oleh Axios, yang mengatakan bahwa para diplomat tinggi bertemu di Kairo pada akhir pekan.
Trump pertama kali melontarkan usulan agar Yordania dan Mesir menerima warga Palestina dari pada 25 Januari 2025. Ketika ditanya apakah dia menyarankan hal itu sebagai solusi jangka panjang atau jangka pendek, presiden mengatakan, "Bisa jadi keduanya.”
Komentar presiden AS tersebut menggemakan ketakutan lama warga Palestina yang terusir dari rumah mereka dan dicap sebagai usulan pembersihan etnis oleh para pengkritiknya. Yordania, Mesir dan negara-negara Arab lainnya menentang usulan tersebut.
“Rekonstruksi di Gaza harus melalui keterlibatan langsung dan partisipasi masyarakat Gaza. Orang-orang Palestina akan tinggal di tanah mereka dan membantu membangunnya kembali,” demikian isi surat tersebut, dikutip dari laman alarabiya, Rabu (5/2/2025)
“Dan mereka tidak boleh dilucuti haknya selama rekonstruksi karena mereka harus mengambil alih proses tersebut dengan dukungan masyarakat internasional.”
Serangan militer ke Gaza telah membunuh lebih dari 47.000 warga Palestina, kebanyakan wanita dan anak-anak, menurut kementerian kesehatan Gaza, dan menimbulkan tuduhan genosida dan kejahatan perang yang dibantah oleh Israel. Pertempuran saat ini telah berhenti sejenak di tengah gencatan senjata yang rapuh.
Pertumpahan darah terbaru dalam konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama beberapa dekade dipicu pada 7 Oktober 2023, ketika pejuang kemerdekaan Palestina yakni Hamas menyerang Israel yang telah lama menjajah Palestina, menewaskan 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 orang, menurut perhitungan Israel.