Penyakit Jantung Masih Jadi Pembunuh Tertinggi di AS, Obesitas Pemicu Terbanyak
Laporan AHA mengungkapkan penyakit jantung menjadi penyebab kematian paling tinggi dibandingkan kombinasi semua jenis kanker dan kecelakaan.
TEMPO.CO, Jakarta - masih menjadi pembunuh nomor satu di Amerika Serikat dan faktor risiko pun terus bertambah. Statistik teranyar dikeluarkan Asosiasi Jantung Amerika (AHA) dalam laporan tahunan untuk 2025 pada 27 Januari.
Dalam laporan yang diterbitkan di jurnal Circulation milik AHA itu diungkapkan penyakit kardiovaskular menjadi penyebab kematian paling tinggi dibandingkan kombinasi semua jenis kanker dan kecelakaan. Pada 2022 dilaporkan kematian terkait penyakit jantung sebesar 941.652, turun sekitar 10.000 dibanding tahun sebelumnya.
"Secara umum, kami melihat kematian terkait kardiovaskular hampir sama dengan 2022," kata Dr. Bradley Serwer, dokter jantung dan kepala staf medis di VitalSolution, kepada .
Menurutnya, kematian akibat kolesterol tinggi dan merokok sebenarnya menurun. Tapi kebalikannya justru terjadi pada diabetes, hipertensi, dan obesitas. Seseorang meninggal dunia karena penyakit jantung setiap 34 detik di Amerika Serikat atau total 2.500 sehari, menurut Keith Churchwell, presiden sukarela AHA.
"Buat saya statistik itu adalah alarm bahaya, dan juga buat kita semua. Terlalu banyak orang mati karena penyakit jantung dan , yang bertahan di lima besar penyebab kematian terbanyak," ungkapnya.
Faktor risiko
Laporan itu juga menjelaskan prevalensi faktor-faktor risiko
spesifik penyakit jantung. Lebih dari 72 persen orang dewasa di
AS memiliki berat badan tak sehat atau indeks massa tubuh (IMT)
di atas 25. Hampir 42 persen orang dewasa tersebut memenuhi
kriteria obesitas atau IMT di atas 30. Kemudian, 57 persen
orang dewasa di sana menderita diabetes.
"Meski kami telah membuat banyak kemajuan melawan penyakit kardiovaskular dalam beberapa dekade terakhir, masih banyak pula yang perlu dilakukan," tulis Dhruv S. Kazi, sukarelawan di AHA, dalam editorial yang menyertai laporan.
"Jika tren ini berlanjut, hipertensi dan obesitas masing-masing akan mempengaruhi lebih dari 180 juta orang dewasa di AS pada 2050 sementara prevalensi diabetes akan naik jadi lebih dari 80 juta," tambahnya.
Laporan tersebut juga menyebutkan angka faktor risiko berdasarkan kelompok ras dan etnis. Wanita keturunan Afrika mencatat angka obesitas tertinggi (57,9 persen) sedangkan keturunan Asia yang terendah (14,5 persen). Wanita kulit hitam juga mencatat angka tertinggi hipertensi (58,4 persen) dan perempuan Hispanik yang terendah (35,3 persen).
"Kami juga melihat kenaikan angka pada remaja dengan 40 persen memiliki berat badan tak sehat. Tren ini berlanjut hingga dewasa dengan dan kami melihat 60 persen orang dewasa memiliki berat badan tak sehat," papar Sewer.
Pilihan Editor: