MENUJU TRANSFORMASI PERTANIAN DAN KEMAKMURAN BOJONEGORO
Oleh : A Shodiqurrosyad (Warga Bojonegoro yang lahir, tumbuh dan tinggal di The post MENUJU TRANSFORMASI PERTANIAN DAN KEMAKMURAN BOJONEGORO appeared first on SuaraBojonegoro.com.
Oleh : A Shodiqurrosyad (Warga Bojonegoro yang lahir, tumbuh dan tinggal di Bojonegoro. Saat ini aktif beraktifitas di Ademos)
– Kita adalah bagian dari Bojonegoro, tanah kelahiran yang telah membentuk kita, tempat kita tumbuh dan memahami denyut kehidupan masyarakatnya. Di setiap sudut lahan pertanian, kita melihat kerja keras yang tak kenal lelah dari para petani kita. Namun, di balik semua itu, masih banyak tantangan yang membelenggu. Dari keterbatasan infrastruktur irigasi, sulitnya akses terhadap pupuk dan benih berkualitas, hingga rendahnya adopsi teknologi yang menyebabkan produktivitas sulit meningkat. Bojonegoro dikenal sebagai lumbung pangan nasional, tetapi kenyataannya, petani kita masih berjuang dengan metode konvensional yang sudah usang, sementara kesejahteraan mereka tetap menjadi persoalan yang belum terselesaikan.
Kini, harapan itu kembali menyala. Dengan terpilihnya Setyo Wahono dan Nurul Azizah sebagai Bupati dan Wakil Bupati Bojonegoro, kita memiliki pemimpin yang tidak sekadar melihat Bojonegoro sebagai tempat tinggal atau membangun karir politik, tetapi sebagai rumah yang mereka cintai dan ingin bangun bersama. Sebagai putra daerah, Wahono-Nurul tentu sangat memahami tantangan pertanian yang selama ini terjebak dalam pola yang monoton, dan dengan itu mereka memiliki tekad kuat untuk membawa perubahan nyata bagi petani dan masyarakat Bojonegoro.
*Memahami Masalah dari Akarnya*
Masalah-masalah yang menghambat kemajuan pertanian di
Bojonegoro bukanlah hal baru, namun dampaknya semakin terasa
seiring waktu. Pertama, keterbatasan infrastruktur irigasi
menjadi salah satu penyebab utama rendahnya produktivitas
pertanian. Banyak lahan pertanian masih bergantung pada curah
hujan yang tidak menentu, sementara jaringan irigasi yang ada
belum mampu menjangkau seluruh daerah. Akibatnya, petani sering
kali menghadapi kesulitan, terutama pada musim kemarau panjang
atau musim hujan yang menyebabkan banjir.
Kedua, akses terhadap benih unggul dan pupuk berkualitas masih menjadi kendala besar. Petani Bojonegoro sering kali kesulitan mendapatkan benih dengan spesifikasi yang sesuai untuk meningkatkan hasil panen mereka. Di sisi lain, subsidi pupuk yang tersedia belum sepenuhnya teralokasikan secara merata dan sering kali tidak mencukupi kebutuhan petani. Data menunjukkan bahwa kebutuhan pupuk untuk sektor pertanian di Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2025 tercatat dalam sistem elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK) adalah 65.661 ton pupuk Urea, 72.644 ton Pupuk NPK, 58.482 ton Pupuk Organik. total kebutuhan pupuk bersubsidi mencapai 196.787 ton. Namun, alokasi pupuk bersubsidi yang diberikan oleh pemerintah pusat untuk Kabupaten Bojonegoro pada tahun 2025 hanya sebesar 116.072 ton, dengan rincian 55.893 ton Pupuk Urea, 42.141 ton Pupuk NPK dan 18.083 ton Pupuk Organik. Dengan demikian, terdapat kekurangan alokasi pupuk bersubsidi sebesar 80.715 ton dari total kebutuhan yang tercatat. Hal ini tentu akan berdampak langsung pada produktivitas dan biaya operasional petani.
Ketiga, minimnya adopsi teknologi modern di sektor pertanian membuat Bojonegoro sulit bersaing. Sebagian besar petani masih menggunakan metode tradisional tanpa memanfaatkan teknologi yang dapat meningkatkan efisiensi dan hasil panen. Rendahnya transfer teknologi ini diperparah oleh kurangnya pelatihan dan pendampingan teknis yang berkelanjutan untuk petani.
Keempat, tantangan iklim yang semakin tidak menentu turut memberikan tekanan pada petani. Perubahan cuaca ekstrem sering kali menyebabkan gagal panen atau menurunkan kualitas hasil pertanian. Sayangnya, upaya mitigasi untuk menghadapi tantangan ini masih sangat terbatas di tingkat lokal.
Kelima, pasar hasil pertanian yang tidak stabil juga menjadi momok bagi kesejahteraan petani. Ketika harga jual hasil panen berfluktuasi tajam, petani sering kali tidak memiliki perlindungan yang memadai untuk menghadapi risiko kerugian. Hal ini membuat banyak petani terjebak dalam lingkaran kemiskinan, tanpa ada solusi jangka panjang yang mampu memberikan stabilitas ekonomi.
Berbagai masalah yang dihadapi, petani Bojonehgoro membutuhkan solusi yang menyentuh akar persoalan tersebut. Tidak hanya berfokus pada peningkatan hasil panen, tetapi juga pada perbaikan infrastruktur, akses terhadap input pertanian, adopsi teknologi, perlindungan petani, dan stabilisasi pasar.
*Langkah Strategis untuk Perubahan*
Mewujudkan perubahan dalam sektor pertanian Bojonegoro bukanlah
tugas yang mudah, tetapi juga bukan hal yang mustahil.
Keberhasilan transformasi ini sangat bergantung pada sinergi
antara pemerintah, petani, pelaku industri, civil society,
media serta akademisi. Pemerintah daerah perlu mengambil
langkah berani dan inovatif untuk memaksimalkan potensi yang
ada. Diperlukan pendekatan yang holistik, tidak hanya dengan
perbaikan infrastruktur fisik, tetapi juga pemberdayaan petani,
optimalisasi pasar, serta kebijakan yang berpihak pada sektor
pertanian. Dengan strategi yang tepat, kita bisa menjadikan
pertanian Bojonegoro sebagai sektor yang lebih berdaya saing
dan berkelanjutan. Berikut adalah langkah-langkah strategis
yang harus segera dilakukan:
Untuk menjawab tantangan ini, serangkaian langkah strategis
harus segera dilakukan:
1. Membangun Kolaborasi untuk Inovasi
Salah satu upaya nyata adalah kerja sama dengan pakar pertanian
untuk meningkatkan kualitas pertanian Bojonegoro. Fokus utama
meliputi perbaikan sistem irigasi dan program penyuluhan
intensif melalui Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL). Dengan
adanya pendampingan teknis yang berkelanjutan, petani tidak
hanya akan mendapatkan ilmu baru, tetapi juga penerapan
teknologi yang lebih efisien.
2. Menyukseskan BUMD Pangan sebagai Solusi Jangka Panjang
BUMD Pangan akan menjadi pengelola utama potensi pertanian
lokal, membuka akses pasar lebih luas hingga ke tingkat
nasional dan internasional. Komoditas unggulan seperti padi,
jagung, singkong, serta hasil hutan non-kayu seperti minyak
kayu putih dan madu akan menjadi prioritas dalam pengembangan
ini.
3. Meningkatkan Kesejahteraan Petani dengan Perlindungan
Ekonomi
o Program Offtaker: Menghubungkan petani dengan koperasi dan
BUMN agar memiliki kontrak pembelian hasil pertanian yang
stabil.
o Pendampingan Lapangan: Penyuluh pertanian akan menjadi mitra
petani dalam menerapkan teknologi modern dan menangani
permasalahan hama serta perubahan iklim.
o Asuransi Petani: Memberikan perlindungan finansial terhadap
risiko gagal panen akibat bencana alam dan cuaca ekstrem.
4. Optimalisasi Subsidi dan Percepatan Teknologisasi
Pertanian
Subsidi pupuk harus dikelola dengan lebih baik agar
distribusinya merata dan efisien. Selain itu, percepatan adopsi
teknologi modern akan menjadi kunci untuk meningkatkan
produktivitas pertanian secara berkelanjutan. Teknologi yang
harus segera diadopsi petani meliputi otomasi pertanian untuk
meningkatkan efisiensi kerja, Internet of Things (IoT) untuk
pemantauan kondisi lahan dan tanaman secara real-time, serta
penggunaan drone untuk penyemprotan pestisida dan pemetaan
lahan pertanian. Selain itu, sistem irigasi cerdas berbasis
sensor dapat membantu dalam pengelolaan air yang lebih efektif,
sedangkan penggunaan kecerdasan buatan (AI) dapat memberikan
prediksi cuaca dan rekomendasi pemupukan berbasis data. Dengan
adopsi teknologi ini, pertanian Bojonegoro dapat berkembang
lebih maju dan kompetitif di tingkat nasional maupun
internasional.
5. Mengubah Tantangan Menjadi Peluang
Setiap tantangan dalam sektor pertanian Bojonegoro harus
dilihat sebagai peluang untuk berinovasi dan berkembang.
Ketidakstabilan harga pasar, perubahan iklim, serta
keterbatasan infrastruktur bukanlah hambatan yang tak teratasi,
melainkan pendorong untuk menciptakan strategi yang lebih
adaptif dan berkelanjutan.
Kolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk sektor swasta, akademisi, dan pemerintah pusat, harus terus diperkuat agar pertanian Bojonegoro semakin kompetitif di era sekarang. Penggunaan teknologi digital dalam rantai pasok dapat memastikan akses pasar yang lebih luas dan harga jual yang lebih stabil. Selain itu, program inkubasi bagi petani muda dapat mendorong lahirnya wirausahawan pertanian yang inovatif dan mandiri.
Pemanfaatan dana desa juga harus diarahkan untuk pembangunan infrastruktur pertanian yang berkelanjutan, seperti jaringan irigasi berkelanjutan, jalan usaha tani, serta pusat distribusi hasil pertanian. Sementara itu, diversifikasi produk hasil tani melalui pendekatan agroindustri akan meningkatkan nilai tambah bagi petani dan membuka akses ke pasar global.
Jika kita mampu mengubah pola pikir dan melihat setiap tantangan sebagai kesempatan, Bojonegoro akan menjadi pusat pertanian modern yang tidak hanya berorientasi pada ketahanan pangan, tetapi juga mampu menjadi contoh daerah dengan sektor pertanian yang tangguh, maju, dan sejahtera.
*Harapan untuk Masa Depan*
Bojonegoro memiliki semua potensi untuk menjadi model
keberhasilan transformasi pertanian di Indonesia. Dengan
langkah-langkah strategis yang telah dirancang, dukungan penuh
dari berbagai pemangku kepentingan, serta kepemimpinan yang
berpihak kepada petani, kita mampu menciptakan sistem pertanian
yang lebih tangguh dan sejahtera.
Masa depan pertanian Bojonegoro bukan sekadar tentang hasil panen yang melimpah, tetapi juga tentang bagaimana kesejahteraan petani dapat terus meningkat dan ketahanan pangan dapat terjaga. Kita harus membangun ekosistem pertanian yang inovatif, mandiri, dan berdaya saing tinggi. Dengan penerapan teknologi, pengelolaan sumber daya yang bijak, serta penguatan akses pasar, Bojonegoro dapat melampaui batas-batas tradisional dan menjadi kekuatan pertanian yang diperhitungkan di tingkat nasional maupun global.
Para petani Bojonegoro tidak boleh lagi dihantui oleh ketidakpastian harga atau ancaman gagal panen. Sebaliknya, mereka harus memiliki keyakinan bahwa kerja keras mereka akan menghasilkan kehidupan yang lebih baik. Dengan dukungan kebijakan yang progresif dan keterlibatan aktif masyarakat, kita akan menciptakan lingkungan pertanian yang lebih inklusif dan berkelanjutan.
Saat ini adalah momen untuk bergerak maju. Bojonegoro bukan hanya harus bertahan, tetapi harus menjadi pionir dalam inovasi pertanian di Indonesia. Dengan semangat gotong royong, komitmen yang kuat, dan visi yang jelas, kita akan menjadikan Bojonegoro sebagai daerah yang makmur, mandiri, dan menjadi kebanggaan bagi generasi mendatang.
Sebagai seseorang yang telah hidup dan menyaksikan dinamika pertanian Bojonegoro, saya yakin bahwa perubahan bukanlah hal yang mustahil. Dengan kepemimpinan Setyo Wahono dan Nurul Azizah, kita memiliki peluang besar untuk menjadikan Bojonegoro sebagai daerah dengan pertanian yang maju, inovatif, dan berkelanjutan. Inilah saatnya kita bergerak bersama, membangun Bojonegoro yang lebih baik untuk generasi sekarang dan yang akan datang. (Red/lis)