RS Polri Minta Data Badan Kesehatan Penerbangan untuk Identifikasi Korban Kebakaran Glodok Plaza
Data dari Badan Kesehatan Penerbangan diperlukan karena diduga ada kru pesawat yang menjadi korban kebakaran Glodok Plaza.
TEMPO.CO, Jakarta - Rumah Sakit Polri Kramat Jati akan mengirimkan surat kepada Badan Kesehatan Penerbangan untuk mendapatkan data kru pesawat yang diduga menjadi korban , Tamansari, Jakarta Barat, pada Rabu malam, 15 Januari 2025.
"Kami akan bersurat kepada Balai Kesehatan Penerbangan," kata Kabid Disaster Victim Identification Biro Kedokteran Polisi Pusat Kedokteran dan Kesehatan Mabes Polri, Kombes Ahmad Fauzi, Ahad, 19 Januari 2025 seperti dilansir dari Antara. Surat tersebut, rencananya akan dikirim pada Senin, 20 Januari 2025.
Menurut dia, Balai Kesehatan Penerbangan dinilai memiliki data rekam medis terhadap kru pesawat yang diduga menjadi korban kebakaran di Glodok Plaza.
"Data ini nanti akan membantu tim DVI melakukan identifikasi korban kebakaran," kata Ahmad. Identifikasi itu mencakup ante mortem dan post mortem.
Ante mortem adalah data-data seseorang sebelum ia meninggal. Adapun post mortem adalah data-data setelah korban ditemukan atau dievakuasi. Data post mortem ini mencakup sidik jari, golongan darah, DNA, serta konstruksi gigi.
Ia mengatakan tim DVI telah mengambil sampel Deoxyribonucleic Acid atau DNA dari 14 keluarga yang melaporkan kehilangan salah satu anggota keluarga mereka setelah kejadian kebakaran. "Kami ambil swab mukosa dari mulut dan sejumlah dokumen," katanya.
Untuk data Post Mortem, akan diambil DNA dari keluarga terdekat seperti orang tua kandung atau anak. "Kami juga sudah menerima data Post Mortem dari Malang yang kami terima tadi malam," tuturnya.
Setelah hasil pemeriksaan DNA keluar, maka pihaknya akan melakukan rekonsiliasi melakukan pencocokan data Ante Mortem dengan Post Mortem. "Jika hasil sudah ada kecocokan maka kami akan segera umumkan," ucap Ahmad.
RS Polri hingga Ahad sore sudah menerima delapan kantong jenazah dari lokasi kejadian kebakaran Glodok Plaza. "Saya ingatkan 8 kantong jenazah bukan berarti 8 jenazah karena bisa saja isinya kurang dari itu atau lebih dari itu," kata dia.
Ia mengatakan petugas akan melakukan pemeriksaan dan pengambilan DNA dari bagian-bagian yang ada di kantong jenazah. Ia mengatakan bisa saja dari satu kantong merupakan bagian tubuh dari beberapa orang atau bisa juga jenazah satu orang.
Tim DVI membutuhkan waktu satu hingga dua pekan atau lebih untuk memastikan hasil identifikasi korban .
"Biasanya lebih lambat karena kondisi barang bukti yang dibawa ke laboratorium DNA kondisinya juga sulit," kata Ahmad.
Ia mengaku dalam melakukan proses identifikasi sarana prasarana dan sumber daya manusia yang ada di RS Polri Kramat Jati sangat lengkap. "Yang jadi kendala adalah data ante mortem ini yang harus didalami," tuturnya.