Soal Flu Burung hingga Potensi Pandemi, Apa itu Virus H5N1?

Virus H5N1, lebih dikenal sebagai virus influenza yang menyebabkan flu burung.

Soal Flu Burung hingga Potensi Pandemi, Apa itu Virus H5N1?

TEMPO.CO, Jakarta - Virus H5N1, lebih dikenal sebagai virus influenza yang menyebabkan , telah menjadi sorotan internasional sejak pertama kali muncul. Dikenal karena tingkat penularannya yang tinggi di antara burung, virus ini juga telah menunjukkan kemampuan untuk menginfeksi mamalia, termasuk manusia.

Dilansir dari who.int, virus pertama kali diidentifikasi dalam garis keturunan goose/Guangdong pada 1996 dan sejak itu terus menyebabkan wabah di kalangan burung. Variasi baru dari virus ini yang muncul sejak 2020 telah menyebabkan kematian yang belum pernah terjadi sebelumnya di kalangan burung liar dan unggas di banyak negara. 

Mulai dari Afrika, Asia, dan Eropa pada 2021, virus ini menyebar ke Amerika Utara, dan pada 2022, menjangkiti Amerika Tengah dan Selatan. Dari 2021 hingga 2022, Eropa dan Amerika Utara mengalami wabah flu burung terbesar dan terpanjang dengan persistensi virus yang tidak biasa di populasi burung liar.

Sejak 2022, telah ada peningkatan laporan tentang wabah mematikan di kalangan mamalia yang juga disebabkan oleh virus influenza A(H5), termasuk A(H5N1). Wabah ini tidak hanya terbatas pada burung dan unggas tetapi juga telah berdampak pada mamalia darat dan laut

Hampir semua kasus infeksi virus H5N1 pada manusia dikaitkan dengan kontak dekat dengan burung yang terinfeksi hidup atau mati dan lingkungan yang terkontaminasi H5N1, seperti pasar burung hidup. 

Gejala infeksi H5N1 pada manusia dapat bervariasi dari ringan hingga parah, dan dalam beberapa kasus, fatal. Gejala yang dilaporkan terutama adalah respiratori, tetapi konjungtivitis dan gejala non-respiratori lainnya juga telah dilaporkan. 

Gejala awal mungkin termasuk demam tinggi (> 38°C), malaise, batuk, sakit tenggorokan, dan nyeri otot. Infeksi dapat berkembang dengan cepat menjadi penyakit pernapasan yang parah dan perubahan neurologis (perubahan status mental atau kejang).

Pencegahan dan Pengobatan

Mengingat risiko yang ditimbulkan oleh virus H5N1, dikutip dari laman WHO, penting untuk memahami cara pencegahan dan pengobatan yang efektif. Daging dan telur dapat dikonsumsi dengan aman asalkan disiapkan dengan benar. 

Mengonsumsi daging atau telur yang mentah atau tidak dimasak dengan sempurna dari area yang mengalami wabah flu burung sangat berisiko dan harus dihindari. Demikian pula, hewan yang sakit atau mati secara tiba-tiba tidak boleh dikonsumsi. 

WHO menyarankan untuk menghindari susu mentah dan mengonsumsi susu yang dipasteurisasi. Jika susu pasteurisasi tidak tersedia, memanaskan susu mentah hingga mendidih juga dapat membuatnya lebih aman untuk dikonsumsi.

Virus H5N1 terus berevolusi dan berpotensi menjadi mudah menular dari orang ke orang. Jika hal ini terjadi, itu bisa menjadi awal dari pandemi baru, seperti yang terjadi dengan pandemi H1N1 pada 1918 dan 2009. Karena itu, penting bagi masyarakat global untuk tetap waspada dan mempersiapkan diri untuk kemungkinan kondisi terburuk, sambil terus melakukan penelitian dan pengembangan untuk menghadapi ancaman ini.