Dosen Universitas Jember: Jangan Panik, Angka Kematian Sapi di Bawah 5 Persen!

Dosen Universitas Jember: Jangan Panik, Angka Kematian Sapi di Bawah 5 Persen!. ????Para peternak sapi di Kabupaten Jember, Jawa Timur, diminta tak panik dengan merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK). Penyakit tersebut masih bisa disembuhkan. -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp

Dosen Universitas Jember: Jangan Panik, Angka Kematian Sapi di Bawah 5 Persen!

Jember (beritajatim.com) – Para peternak sapi di Kabupaten Jember, Jawa Timur, diminta tak panik dengan merebaknya penyakit mulut dan kuku (PMK). Penyakit tersebut masih bisa disembuhkan.

”Angka kematian ternak sapi masih di bawah 5 persen, bila dilakukan pengobatan dan perawatan secara tepat dan intensif,” kata Purnaning Dhian Isnaeni. dosen Program Studi Peternakan Universitas Jember, sebagaimana dilansir Humas Unej, Sabtu (18/1/2025).

Berdasarkan data Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jember hingga 12 Januari 2025, jumlah sapi yang terjangkit penyakit mulut dan kuku (PMK) di Kabupaten Jember sudah mencapai 1.031 ekor. PMK menyebar di 29 dari 31 kecamatan. Tertinggi di Kecamatan Tempurejo (271 kasus), Bangsalsari (123 kasus), dan Ambulun (80 kasus).

Sejumlah gejala PMK antara lain sapi mengalami demam, kurang nafsu makan, mengeluarkan air liur berlebih, atau terdapat luka melepuh pada mulut, teracak, dan hidung ternak. Purnaning berharap peternak segera melapor ke petugas medis jika menemukan gejala ini pada ternak.

“Sapi yang sakit segera dipisahkan dari sapi yang lain dan hindari kontak baik secara langsung maupun tidak langsung antara sapi yang sakit dan yang sehat,” kata Purnaning.

Dosen Program Studi Peternakan Universitas Jember Nur Widodo menambahkan, pemisahan ternak sakit dengan ternak sehat wajib dilakukan. Ternak juga wajib diberi pakan bernutrisi untuk meningkatkan kondisi kesehatan dan sistem imun,

Selain itu, peternak diharapkan membersihkan kandang dengan air sabun dan desinfektan untuk membunuh virus yang mungkin menempel pada lantai atau dinding kandang. “Dengan kerjasama yang baik antara peternak, petugas peternakan, tenaga medik, dan dinas peternakan, penyakit PMK bisa dikendalikan,” kata Purnaning.

Namun oeternak dan petugas juga harus disiplin melakukan sanitasi sebelum dan setelah memasuki area kandang untuk memutus rantai penularan PMK. Menurut Widodo, terkadang peternak maupun petugas yang menangani ternak lupa mencuci tangan dan mengganti baju sebelum menangani ternak lain. “Ini membuat kemungkinan penularan penyakit lebih tinggi,” katanya.

Nur Widodo mengatakan, PMK disebabkan virus RNA, genus Apthovirus yang termasuk dalam keluarga Picornaviridae. “Virus ini bisa menyebar secara langsung dan tidak langsung seperti melalui petugas atau peternak maupun melalui udara dengan jarak radius yang cukup jauh yaitu 10-20 kilometer,” katanya.

Berdasarkan sifat dan karakteristiknya, menurut Widodo, pemerintah bisa menekan penyebarannya dengan membatasi lalulintas ternak dengan menutup sementara pasar-pasar hewan. Selain itu permerintah perlu meningkatkan jumlah ketercapaian vaksinasi PMK pada ternak sapi.

Widodo mengimbau peternak untuk melakukan vaksinasi secara mandiri dengan berkoordinasi melalui Dinas Peternakan atau Dinas kesehatan Hewan Setempat maupun membeli langsung melalui Balai Besar Veteriner Farma Pusvetma Jawa Timur. [wir]