Accenture dan NVIDIA Apresiasi Transformasi Indonesia Lewat Adopsi AI

Petinggi Accenture dan NVIDIA bicara adopsi AI dalam menggerakkan pertumbuhan dan kapabilitas Indonesia.

Accenture dan NVIDIA Apresiasi Transformasi Indonesia Lewat Adopsi AI

Di dalam perhelatan Indonesia AI Day oleh Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH), Kamis (14/11), petinggi global Accenture dan NVIDIA, menggarisbawahi pentingnya adopsi kecerdasan buatan (AI) dalam mengakselerasi transformasi digital di Indonesia. 

Terlepas anggapan sulitnya adopsi teknologi AI, Accenture dan NVIDIA justru mengapresiasi upaya Indonesia untuk melakukan perubahan dan mengambil langkah untuk mengembangkannya, alih-alih tidak memulainya sama-sekali. 

Disampaikan saat sesi Accenture Fireside Chat bertajuk “Pioneering AI for Indonesia's Future: Empowering Digital Transformation”, CEO and Chair Accenture Julie Sweet menyoroti adopsi AI tak hanya dapat mendorong produktivitas, tetapi juga pertumbuhan personal maupun bisnis perusahaan. 

“Ini lah mengapa saya sangat terinspirasi dengan topik diskusi hari ini karena ini semua berkaitan dengan upaya merangkul perubahan,” ucap Julie.

Julie menyebut, Accenture telah menginvestasikan miliaran dolar dalam pelatihan dan pengembangan talenta internalnya agar perusahaan dapat berkembang. 

“Dan, AI lah yang akan menggerakkan Indonesia untuk mencapai pertumbuhan [ekonomi] sebesar 8%. Sering kali orang bicara bahwa AI hanya tentang mendorong produktivitas saja, padahal AI juga dapat menjadi bahan bakar untuk growth strategy,” tuturnya di Tribrata Dharmawangsa, Jakarta.

Klaimnya, tambah Julie, penerapan digital agent dari NVIDIA telah mengakselerasi produk terbaiknya 50% lebih cepat ke pasar, yang ia yakini bisa berdampak besar bagi berbagai industri di Indonesia, mulai dari perbankan hingga layanan publik.

Pada kesempatan sama, NVIDIA founder and CEO, Jensen Huang ikut menyoroti bagaimana Indonesia memulai perjalanan AI. Dalam sesi yang dimoderatori oleh President Director & CEO Indosat Ooredoo Hutchison, Vikram Sinha ini, Jensen mengapresiasi Indonesia yang dapat memulainya secara mandiri.

“Ada banyak alasan yang membuat negara ragu untuk memulai AI, apakah punya sumber daya? Apakah bisa? Namun, satu-satunya cara adalah dengan mengambil langkah pertama. Indonesia memutuskan untuk melakukan ini, dan sekarang Indonesia punya elemen dalam membangun AI. Artinya, Indonesia bisa mengembangkan AI sendiri,” jelasnya.

Sering dianggap sulit diadopsi, Jensen justru menilai AI kini mudah diakses siapapun berkat layanan ChatGPT atau Gemini yang memiliki user interface ramah bagi pengguna. Alhasil, Generative AI saat ini dapat dimanfaatkan secara luas sebagai tool penunjang produktivitas yang bisa diakses oleh pelajar, peneliti, hingga perusahaan.

Sebagai informasi, raksasa chip NVIDIA terlibat dalam pengembangan Sahabat-AI, Large Language Model (LLM) open-source yang juga diluncurkan pada perhelatan AI Day ini. LLM diketahui didukung oleh teknologi dari NVIDIA, yang juga mendukung bahasa Indonesia dan berbagai bahasa daerah di Indonesia. 

“Dengan teknologi AI, mereka bisa mengakselerasi sebanyak 80%, 50%, atau 20% pekerjaan mereka. Ini memungkinkan mereka menjadi lebih produktif dan berinovasi lebih cepat sehingga semua karyawan bisa menjadi AI ‘superhuman’ untuk mendorong produktivitasnya,” kata Jensen.