Bos BTN (BBTN) Ungkap Strategi BTN Saat Harga Saham Anjlok 16,45% Sebulan

Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau BTN terkoreksi 0, 52% ke level Rp 965 per lembar saham pada penutupan perdagangan Jumat (7/2). Tak hanya itu, kapitalisasi pasarnya juga menjadi Rp 13, 54 T

Bos BTN (BBTN) Ungkap Strategi BTN Saat Harga Saham Anjlok 16,45% Sebulan

Saham PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) atau BTN terkoreksi 0,52% ke level Rp 965 per lembar saham pada penutupan perdagangan Jumat (7/2). Tak hanya itu, kapitalisasi pasarnya juga menjadi Rp 13,54 triliun. 

Apabila menilik pergerakannya, saham BBTN anjlok 16,45% dalam sebulan terakhir. Bahkan, harga saham BBTN merosot 15,35% secara year to date (ytd).

 

Merespons hal tersebut, Direktur Utama BTN, Nixon LP Napitupulu mengatakan tak hanya BBTN, mayoritas saham Himpunan Bank Milik Negara atau Himbara turut terkoreksi. Menurut Nixon, anjloknya harga mayoritas saham perbankan sebab tingkat kepercayaan investor terhadap likuiditas bank kian menurun. 

 

Ia juga menilai tingkat kepercayaan investor sebelumnya juga turun sebelum terjadi 2025. "Semua melihat, termasuk analis yang bilang, kenapa pada lepas saham bank-bank di Indonesia. Bukan cuma Himbara, hampir seluruh bank sampai dikoreksi karena mereka melihat tepatnya likuiditas," kata Nixon kepada wartawan di Istora Senayan, Jakarta, Minggu (9/2).

 

Ia mengakui, menjaga stabilitas likuiditas menjadi pekerjaan utama yang akan dilakukan perseroan. Pertumbuhan BBTN sendiri, kata Nixon, diproyeksikan sebesar 7% tahun ini. 

 

Ketika disinggung aksi pembelian kembali saham atau buyback saham, Nixon pun menyebut belum menentukan langkah tersebut. Pasalnya, dalam waktu dekat BBTN juga akan melakukan akuisisi 100% saham unit syariah milik PT Bank Victoria Syariah (BVIS)

 

“Karena kami ada aksi korporasi akuisisi syariah kan, enggak bisa barengan," ujar Nixon lagi.  

 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok hingga 5,16% dalam sepekan ini ke level 6.752 dengan kapitalisasi pasar turun mencapai Rp 724 triliun. 

 

Jebloknya kapitalisasi pasar, antara lain dipicu aksi investor asing melepas sahamnya, antara lain di bank-bank raksasa seperti PT Bank Mandiri Tbk atau BMRI dan PT Bank Central Asia Tbk atau BBCA. 

 

Sekretaris Perusahaan Bursa Efek Indonesia I Gusti Alit Nityaryana mengatakan, IHSG pekan ini anjlok hingga 5,16% dibandingkan posisi pekan lalu di 7.109,196. Akibatnya, kapitalisasi pasar BEI merosot hingga sebesar 5,87%  dari Rp 12.319 triliun pada sepekan sebelumnya menjadi Rp 11.595 triliun.

 

Meski IHSG jeblok, transaksi harian bursa tercatat naik pada pekan lalu. Rata-rata volume transaksi harian Bursa yang terangkat hingga 26,60% menjadi 20,75 miliar lembar saham dari 16,39 miliar lembar saham pada pekan lalu. 

 

Rata-rata frekuensi transaksi harian yang naik 13,06%, menjadi 1,31 juta kali transaksi dari 1,16 juta kali transaksi pada pekan lalu.  

 

“Selama sepekan, rata-rata nilai transaksi harian BEI naik 7,22% menjadi Rp 12,08 triliun dari Rp 11,27 triliun pada pekan sebelumnya,” katanya dalam keterangan resmi, Jumat (7/2).

 

BEI mencatat, asing  keluar dari saham PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) ramai dilepas asing dengan akumulasi nilai penjualan mencapai Rp 2,2 triliun, disusul PT  Bank Central Asia Tbk (BBCA) sebesar Rp 901,6 miliar. 

 

Namun, investor asing tercatat membeli saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) mencapai Rp 427,3 miliar selama sepekan. Demikian pula dengan saham PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) yang diborong Rp 142,8 miliar.