Deddy Mizwar Sebut 'Saat Luka Bicara Cinta' sebagai Film Drama Kemanusiaan, Bukan Film Sejarah
Namun, film ini berangkat dari kisah nyata. Banyak individu dari kedua negara, Indonesia-Timor Leste, alami konflik batin akibat peristiwa masa lalu.
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Alivio Mubarak Junior
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Film "Saat Luka Bicara Cinta" hadir bukan sebagai film sejarah, melainkan drama kemanusiaan yang mengangkat luka dan rekonsiliasi antara Indonesia dan .
Hal ini ditegaskan oleh , salah satu penulis ide cerita, yang menyatakan bahwa film ini berbeda dari film-film berlatar konflik sebelumnya.
"Iya, drama. Ini bukan film perang. Film perang sudah ada, bahkan ada yang baru akan tayang. Tapi film ini bukan tentang perang," kata Deddy Mizwar di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (5/2/2025).
Baca juga:
Menurutnya, film ini lebih menyoroti luka yang masih ada di kedua belah pihak dan bagaimana cara untuk menyembuhkannya.
"Kenyataannya, sekarang adalah negara tetangga kita. Kita harus membangun hubungan yang baik. Pendekatan yang digunakan dalam film ini adalah pendekatan kemanusiaan," ujarnya.
Deddy juga mengungkapkan bahwa film ini berangkat dari kisah nyata, di mana banyak individu dari kedua negara mengalami konflik batin akibat sejarah yang mereka lalui.
"Banyak anak-anak yang dibesarkan di Indonesia. Ada konflik batin yang luar biasa di sana. Ada orang yang orang tuanya menjadi korban, ada pula orang Indonesia yang keluarganya menjadi korban pertikaian tersebut," ungkapnya.
Dalam film ini, salah satu elemen penting yang diangkat adalah keberadaan Taman Makam Pahlawan Indonesia dan Taman Makam Pahlawan yang berdampingan di Kabar Lestri.
"Itu bagian dari setting film. Makam pahlawan dari kedua negara ada di sana, berdampingan di seberang jalan, dan dirawat dengan baik. Ini adalah optimisme yang harus kita bangun," jelas .