Ecoton Ungkap Ancaman Mikroplastik dalam Rantai Makanan
Ecoton Ungkap Ancaman Mikroplastik dalam Rantai Makanan. ????Ecoton mengungkap ancaman mikroplastik dalam rantai makanan. Krisis sampah plastik semakin parah, perlu aksi nyata untuk mengurangi dampaknya pada kesehatan dan lingkungan -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp
Gresik (beritajatim.com) – Organisasi pemerhati lingkungan, Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton), kembali mengedukasi masyarakat tentang bahaya sampah plastik. Selain berdampak buruk bagi lingkungan, sampah plastik juga berpotensi membahayakan kesehatan manusia di masa depan.
Alaika Rahmatullah, selaku Divisi Edukasi Ecoton, menegaskan bahwa kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan krisis sampah yang terus mengalir.
“Kran emas yang mengalirkan botol plastik menggambarkan limpahan sampah plastik yang terus diproduksi dan mencemari lingkungan. Produksinya terus meningkat setiap tahunnya, kran kebocoran dari sumbernya belum ditutup atau dihentikan. Akibatnya, mikroplastik kini mencemari air, makanan, bahkan tubuh kita,” ujarnya, Minggu (19/1/2025).
Berdasarkan riset Ecoton, mikroplastik—partikel plastik berukuran kurang dari 5 milimeter—telah ditemukan di berbagai aspek kehidupan, termasuk di Sungai Brantas dan Sungai Bengawan Solo di Jawa Timur. Temuan ini menunjukkan bahwa pencemaran plastik semakin mengkhawatirkan, terutama karena telah masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan.
“Kita tidak hanya memakan ikan yang terkontaminasi mikroplastik, tetapi juga minum air dan menghirup udara yang mengandung partikel mikroplastik,” lanjut Alaika. Riset tersebut juga mencatat bahwa masyarakat Indonesia mengonsumsi mikroplastik sekitar 15 gram per bulan. Jika tidak ada tindakan nyata, limbah plastik dapat menjadi ancaman kesehatan yang lebih serius di masa depan.
Kebijakan dan Upaya Pengurangan Plastik
Kepala Laboratorium Ecoton, Rafika Aprilianti, menuturkan bahwa wilayah Gresik menghasilkan rata-rata 400 ton sampah per hari. Sebagai langkah solutif, pemerintah daerah setempat meluncurkan program Gresik Kawasan Merdeka Sampah (GKMS) dengan melibatkan komunitas pegiat lingkungan serta Dinas Lingkungan Hidup (DLH).
Program ini juga bertujuan untuk memperkuat implementasi Peraturan Daerah (Perda) Nomor 3 Tahun 2021 tentang Pembatasan Penggunaan Plastik Sekali Pakai.
“Secara nasional kami mencatat, timbunan sampah nasional menurut KLHK selama 2024 mencapai 19 juta ton per tahun, dan yang tidak terkelola sebanyak 41,34% setara 8 juta ton. Sehingga dapat mencemari sungai, laut, dan lingkungan sekitar,” ungkapnya.
Melalui kampanye ini, Ecoton mengajak masyarakat untuk mengambil langkah nyata dalam mengurangi penggunaan plastik sekali pakai. Edukasi yang diberikan menekankan pentingnya membawa botol minum sendiri, menggunakan tas belanja kain, serta memilih kemasan yang lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali.
“Langkah kecil yang kita ambil bisa berdampak besar. Dengan mengurangi plastik sekali pakai, kita turut mengurangi ancaman mikroplastik bagi generasi mendatang,” pungkas Alaika.
Kampanye ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat serta mendorong perubahan kebijakan yang lebih ketat terhadap produksi dan pengelolaan sampah plastik. Tanpa upaya kolektif, ancaman mikroplastik dalam kehidupan sehari-hari akan terus meningkat, membahayakan lingkungan dan kesehatan manusia di masa depan. [dny/suf]