Ilmuwan Kini Temukan Penyebab Korona Matahari Miliki Panas yang Luar Biasa
Parker Solar Probe menyelidiki matahari, terutama korona matahari. Sumber:NASA/Johns Hopkins APL/Steve Gribben ANTARIKSA -- Pada 6 November lalu, pesawat luar angkasa Parker Solar Probe milik Badan Antariksa Amerika (NASA) terbang...
ANTARIKSA -- Pada 6 November lalu, pesawat luar angkasa Parker Solar Probe milik Badan Antariksa Amerika (NASA) terbang mendekati permukaan Venus. Parker Solar Probe, pesawat yang dirancang menyelidiki matahari ini mendekati sejauh 234 mil (376 km) dari Venus.
Misi Parker Solar Probe bertujuan untuk melakukan manuver gravitasi, di mana wahana ini memanfaatkan momentum Venus untuk mengubah orbitnya sehingga bisa mendekati Matahari lebih dekat lagi.
Sebelumnya, Parker Solar Probe telah beberapa kali mendekati Matahari. Namun, pada 6 November ini menjadi yang paling dekat, hanya sekitar 3,8 juta mil (6 juta km) dari permukaan Matahari. Jarak ini merupakan kurang dari sembilan kali jari-jari Matahari.
Scroll untuk membaca
Scroll untuk membaca
Pada momen terdekatnya, Parker Solar Probe melaju dengan kecepatan hampir 435.000 mph (700.000 km/jam). Kecepatan ini menjadikannya objek tercepat yang pernah dirancang manusia, setara dengan 0,06% kecepatan cahaya!
Mengungkap Misteri Korona Matahari
Selama bertahun-tahun, para ilmuwan terus dibuat bingung oleh misteri mengapa suhu korona, atmosfer terluar Matahari, bisa sangat panas. Korona Matahari memiliki suhu yang luar biasa tinggi, mencapai lebih dari 1 juta derajat Celsius. Sebagai perbandingan, suhu permukaan Matahari hanya sekitar 6.000 derajat Celsius.
Secara logis, atmosfer yang berada lebih jauh dari inti Matahari seharusnya lebih dingin. Namun, kenyataannya justru sebaliknya, membuat fenomena ini menjadi teka-teki besar dalam astrofisika.
Misi utama Parker Solar Probe adalah menyelidiki korona Matahari, atmosfer terluarnya. Selama ini, para ilmuwan tahu bahwa permukaan Matahari (fotosfer) memiliki suhu beberapa ribu kelvin.
Namun, suhu korona justru jauh lebih panas, mencapai jutaan kelvin. Fenomena ini seperti bola lampu yang hangat saat disentuh, tetapi udara di sekitarnya ribuan kali lebih panas.
Hal ini tidak bisa dijelaskan dengan proses transfer panas biasa karena akan melanggar hukum kedua termodinamika. Para ilmuwan menduga, pemanasan korona ini melibatkan medan magnet yang berperan besar dan dinamis di atmosfer Matahari.
Salah satu temuan menarik adalah peran helium. Di fotosfer, helium yang sebagian terionisasi mampu memancarkan banyak radiasi, menjaga suhu tetap terkendali. Namun, ketika suhu meningkat, helium menjadi sepenuhnya terionisasi sehingga lebih sulit melepaskan radiasi, membuat panas terperangkap di korona.
Pemanasan Korona
Parker Solar Probe dilengkapi dengan empat instrumen utama: FIELDS, WISPR, IS-O-IS, dan SWEAP. Instrumen ini bekerja sama mempelajari korona, angin matahari (aliran partikel bermuatan dari korona), dan fotosfer untuk membangun gambaran lengkap.
Salah satu penemuan penting adalah gelombang energi medan magnet aneh yang disebut switchback. Switchback terbentuk di fotosfer, di mana plasma yang turbulen naik-turun dengan intensitas tinggi.
Kadang-kadang, medan magnet yang kuat saling bertabrakan, membentuk garis-garis medan berbentuk huruf S besar. Ketika switchback ini bergerak menuju korona, energi yang dibawanya dilepaskan, menjadi salah satu mekanisme utama pemanasan korona.
Penelitian ini memiliki dampak besar, terutama untuk memahami cuaca luar angkasa, seperti badai plasma dari Matahari yang dapat mengganggu satelit, misi luar angkasa manusia, hingga jaringan listrik di Bumi. Dengan memahami lebih dalam peran medan magnet di berbagai wilayah Matahari, kita dapat memprediksi dan mempersiapkan diri menghadapi badai matahari di masa depan.