Jepang catat 5.400 kematian akibat stres pascabencana sejak 1995

Stres berat dan kelelahan akibat evakuasi pascagempa bumi dan bencana alam lainnya telah merenggut lebih dari 5.400 ...

Jepang catat 5.400 kematian akibat stres pascabencana sejak 1995

Ankara (ANTARA) - Stres berat dan kelelahan akibat evakuasi pascagempa bumi dan bencana alam lainnya telah merenggut lebih dari 5.400 nyawa di seluruh Jepang selama 30 tahun terakhir.

Setidaknya 5.456 kematian terkait bencana telah didokumentasikan sejak pemerintah daerah mulai menetapkan status tersebut, setelah Gempa Besar Hanshin di Jepang barat pada 17 Januari 1995, menurut data terbaru yang dirilis oleh Kyodo News yang berbasis di Tokyo pada Sabtu (18/1).

Angka tersebut termasuk kematian yang terkait dengan gempa di Semenanjung Noto tahun lalu. Jumlah kematian terkait bencana akibat gempa di Semenanjung Noto pada Hari Tahun Baru 2024 mencapai 276.

Namun, jumlah sebenarnya dari kematian terkait bencana diperkirakan lebih tinggi dari yang tercatat karena keluarga korban harus mengajukan permohonan untuk mendapatkan status tersebut.

Jumlah kematian terkait bencana melebihi jumlah kematian langsung, seperti akibat runtuhnya bangunan akibat gempa besar di Prefektur Kumamoto tahun 2016 dan gempa di Semenanjung Noto.

Sebanyak 921 kematian diklasifikasikan sebagai kematian terkait bencana setelah wabah penyakit menular, termasuk influenza, di pusat-pusat evakuasi pascagempa besar Hanshin.

Setelah gempa bumi tahun 2004 yang melanda Prefektur Niigata, beberapa orang yang tidur di dalam mobil ditemukan meninggal akibat trombosis vena yang juga dikenal sebagai sindrom kelas ekonomi, ketika gumpalan darah terbentuk akibat imobilisasi yang berkepanjangan.

Kemudian, sebanyak 3.802 kematian terkait bencana dilaporkan karena banyak orang terpaksa pindah dari satu lokasi evakuasi ke lokasi lainnya setelah gempa dan tsunami tahun 2011 di Jepang timur laut serta kehancuran di pembangkit nuklir Fukushima Daiichi.

Tinggal dalam waktu lama di tempat penampungan evakuasi, gangguan pasokan listrik dan air, serta penurunan perawatan oleh fasilitas kesejahteraan dan medis, merupakan beberapa faktor yang disebut sebagai penyebab kematian tersebut di wilayah tersebut, yang menjadi tempat tinggal banyak orang lanjut usia.

Sumber : Anadolu

Baca juga:

Baca juga:

Baca juga:

Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025