Menjadi Generasi Sandwich, Beban atau Kewajiban?
Ilustrasi Generasi Sandwich (sumber: https://openai.com/index/chatgpt/) Sandwich atau dalam bahasa Indonesia artinya Roti Lapis adalah sebuah makanan yang terdiri dari dua helai roti dan daging atau sayuran sebagai isiannya dan disajikan...
![Menjadi Generasi Sandwich, Beban atau Kewajiban?](https://static.republika.co.id/files/themes/retizen/img/group/favicon-rep-jogja.png)
![Image](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/profile/thumbs/syz4e0rufw-511.jpeg)
![](https://static.republika.co.id/uploads/member/images/news/250207075554-746.png)
Sandwich atau dalam bahasa Indonesia artinya Roti Lapis adalah sebuah makanan yang terdiri dari dua helai roti dan daging atau sayuran sebagai isiannya dan disajikan dengan cara ditumpuk. Dewasa kini, istilah Sandwich digunakan sebagai istilah bagi sekelompok orang yang menanggung beban hidup untuk dua generasi, di mana orang tua dan anak adalah lapisan atas dan bawah, sedangkan orang yang terjebak dalam generasi sandwich adalah isi dari sandwich.
Istilah generasi sandwich pertama kali diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller, seorang Profesor dari University Kentucky, pada tahun 1981. Istilah ini muncul dalam bukunya yang berjudul Social Work. Lalu, bagaimana menanggapi fenomena istilah ini?
Hubungan orang tua dan anak adalah hubungan seumur hidup. Tidak ada mantan anak atau mantan orang tua. Mereka menjalin keterikatan emosional yang sangat erat, bahkan sejak anak masih berada di dalam kandungan.
Sebagai seorang anak, tentunya berbakti kepada kedua orang tua merupakan suatu kewajiban. Walaupun jasa orangtua tidak akan mampu terbalas oleh anaknya, namun setidaknya berbakti adalah salah satu jalan untuk membuat orang tua merasa bangga dan bahagia. Apakah menjadi generasi sandwich merupakah cara berbakti kepada orangtua?
Sedari lahir sampai dengan dewasa, merawat anak adalah tanggung jawab orang tua. Saat orang tua sudah berusia lanjut, mengapa tidak kondisinya menjadi terbalik. Apalagi di Indonesia, suatu hal yang lumrah apabila memberi bantuan untuk orang tua, saudara kandung dan keluarga besar. Sehingga istilah generasi sandwich sebetulnya sudah kuat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
Bahkan bantuan ekonomi untuk keluarga dianggap sebuah kewajiban sebagai balas budi kepada orang tua, karena sudah merawat dan membesarkan seorang anak.
Setiap bulan mendapatkan gaji dari pekerjaan harus ada yang disisihkan untuk orang tua, adik dan saudara lain. Padahal bagi yang sudah memiliki rumah tangga sendiri, pasangan dan anak-anak pun wajib diberi nafkah. Saat hari raya tiba, tradisi salam tempel dianggap wajib bagi yang sudah memiliki penghasilan.
Memang berbagi rezeki adalah hal yang baik, apalagi berbagi rezeki kepada kedua orang tua tentu mendapatkan pahala jika ditinjau dari agama. Hanya saja masih banyak orang tua yang menganggap bahwa anak adalah investasi finansial di masa depan. Pandangan ini yang seringkali menjadi beban bagi seorang anak.
Jika penghasilan dari seorang anak lebih dari cukup, mungkin tidak perlu diminta pun, anak akan memberikan rezekinya kepada orang tua dan saudara yang lain. Namun, jika penghasilannya saja hanya cukup bagi istri dan anaknya saja, bagaimana? Dari sini timbul beberapa masalah yang harus dihadapi seorang generasi sandwich.
Tidak ada yang salah menjadi generasi roti lapis ini. Namun, biasanya terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi sebagai generasi sandwich, yaitu :
- Tekanan emosional saat tidak mampu memenuhi kebutuhan orang yang dicintai.
- Tidak mampu memenuhi keinginan sendiri.
- Waktu banyak terbagi pada beberapa tanggung jawab seperti pekerjaan, merawat orang tua dan membersamai anak juga pasangan.
- Mengabaikan kehidupan pribadi.
- Seringkali terjerat piutang.
Generasi sandwich lahir akibat dari perencanaan masa tua yang tidak baik. Dikutip dari website Kompas.id, hasil survei Litbang Kompas pada tahun 2022 menyatakan bahwa jumlah penduduk Indonesia yang tergolong generasi sandwich mencapai 67 persen atau sekitar 56.000.000 jiwa penduduk usia produktif.
Ini lah pentingnya mengatur keuangan bagi sandwich generation, yaitu agar generasi di bawah Anda tidak perlu mengalami kondisi yang sama. Hal ini bisa dihindari dengan cara :
- Memiliki tabungan rencana
- Memiliki asuransi kesehatan
- Mengurangi gaya hidup konsumtif
- Menyiapkan dana pendidikan anak
- Mengajarkan anak mandiri secara finansial
- Mempersiapkan investasi sebagai mata pencaharian masa pensiun
- Bijak dalam mengelola utang
Bagaimana jika sekarang kita sudah menjadi bagian dari generasi sandwich? Tetap disyukuri saja, karena apa yang diemban sekarang menjadi tulang punggung bagi dua generasi adalah hal yang mulia. Barangkali dengan menjadi generasi sandwich, kita dapat mengumpulkan pahala. Namun, jangan memiliki cita-cita untuk meregenerasi sandwich pada keturunan selanjutnya. Kelola pendapatan dengan baik dan harus cerdas dalam menyusun prioritas anggaran sehari-hari.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.