Prof ATM Kritik Banyaknya Malpraktik dalam Keinsinyuran Indonesia
Prof ATM Kritik Banyaknya Malpraktik dalam Keinsinyuran Indonesia. ????Prof. Dr. Ir. Agus Taufik Mulyono, S.T., M.T., IPU, menyampaikan visi dan misinya sebagai calon Wakil Ketua Umum (Waketum) Persatuan Insinyur Indonesia (PII) -- Ikuti kami di ????https://bit.ly/392voLE #beritaviral #jawatimur #viral berita #beritaterkini #terpopuler #news #beritajatim #infojatim #newsupdate #FYI #fyp
Surabaya (beritajatim.com) – Prof. Dr. Ir. Agus Taufik Mulyono, S.T., M.T., IPU, menyampaikan visi dan misinya sebagai calon Wakil Ketua Umum (Waketum) Persatuan Insinyur Indonesia (PII) periode 2024-2027 dan Calon Ketum PII 2027-2030.
Dengan motto “Insinyur Beradab yang Humanis,” Prof. ATM sapaan lekatnya menekankan pentingnya nilai kemanusiaan dalam praktik keinsinyuran di Indonesia.
“Seorang insinyur harus selalu mengingat bahwa apa yang dirancang, dibuat, atau dibangunnya adalah untuk manusia. Maka selalu kedepankanlah manusia dan nilai kemanusiaan. Itulah humanistik,” kata Prof. ATM dalam acara Gagasan Berpikir Agus Taufik Mulyono (ATM) di Hotel Grand Mercure Mirama, Minggu (17/11/2024).
Sebagai akademisi sekaligus praktisi, Prof. ATM, mengkritisi banyaknya malpraktik dalam dunia keinsinyuran di Indonesia. Ia melihat kurangnya penerapan nilai-nilai kemanusiaan dan etika profesi sebagai penyebab kerusakan, baik secara fisik maupun moral.
“Saya ingin membawa kesadaran kepada para insinyur Indonesia bahwa ilmu yang mereka praktikkan harus mengedepankan nilai kemanusiaan. Tidak boleh ada malpraktik, karena ini menyangkut martabat profesi dan kepentingan publik,” ujar Ketua Forum Penilai Ahli Kegagalan Bangunan ini.
Dalam pidatonya, Prof. ATM menyoroti stagnasi organisasi keinsinyuran, khususnya pembentukan Dewan Insinyur Indonesia (DII) yang hingga kini belum terlaksana meski telah diamanatkan oleh UU No. 11 Tahun 2014 tentang Keinsinyuran.
Menurutnya, keberadaan DII sangat penting sebagai regulator yang menetapkan standar kompetensi dan sistem uji keinsinyuran.
“Sudah 10 tahun sejak UU Keinsinyuran lahir, tapi DII belum terbentuk. Ini artinya, standar dan sistem uji kompetensi insinyur kita masih belum sah. Proses transisi ini tidak boleh terus-menerus. Kita butuh keberanian untuk menyelesaikan ini,” kata Prof. ATM dengan nada tegas.
Sebagai bagian dari program kerja, Prof. ATM menawarkan konsep “Dasa Karsa” yang mencakup sepuluh langkah strategis untuk reformasi organisasi PII. Salah satunya adalah percepatan peningkatan jumlah anggota PII melalui kerja sama dengan dunia usaha, pemerintah, dan perguruan tinggi.
“Jika dipercaya memimpin, saya targetkan dalam tiga bulan keanggotaan PII bisa bertambah 2.000 anggota. Bahkan, dengan langkah strategis, ini bisa dicapai dalam waktu sehari melalui kerja sama wajib asosiasi profesi,” ungkapnya.
Ia juga berkomitmen memperjuangkan pengakuan gelar insinyur di tingkat nasional. Menurutnya, pengakuan gelar ini penting agar insinyur Indonesia memiliki status yang setara dengan profesi lain, seperti dokter.
“Kenapa gelar insinyur masih belum diakui di Badan Kepegawaian Nasional, sementara gelar dokter sudah? Ini tugas PII ke depan untuk memperjuangkan keadilan dan pengakuan bagi para insinyur,” tandasnya.
Prof. ATM juga menekankan perlunya PII bebas dari dominasi kelompok atau kementerian tertentu. Menurutnya, PII harus menjadi lembaga yang independen dan murni mengelola profesi keinsinyuran.
“PII bukan milik partai, bukan milik kementerian tertentu. PII adalah lembaga untuk mengelola dan mewadahi insinyur dalam praktik keinsinyuran,” ujarnya.
Dengan visi besar membangun peradaban insinyur humanistik dan program kerja yang terukur, Prof. ATM berharap dapat membawa PII ke arah yang lebih baik. “Perubahan ini butuh keberanian dan integritas. Saya siap memperjuangkannya demi martabat insinyur Indonesia,” tutupnya.