SCG Belum Tertarik Produksi Amonia dan Hidrogen Hijau, Harganya Terlalu Mahal

SCG belum tertarik untuk memproduksi Amonia dan Hidrogen hijau dalam waktu dekat.

SCG Belum Tertarik Produksi Amonia dan Hidrogen Hijau, Harganya Terlalu Mahal

Siam Cement Group (SCG) belum tertarik untuk memproduksi Amonia dan Hidrogen hijau dalam waktu dekat. Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan perusahaan, biaya untuk memproduksi amonia dan hidrogen hijau masih terlalu mahal.

"Sebenarnya, hidrogen masih sangat mahal. Untuk melakukannya (memproduksi), tidak ada yang akan membayar," ujar President & CEO , Thammasak Sethaudom, dalam ESG Symposium 2024 Indonesia, di Jakarta, Selasa (19/11).

Thammasak mengatakan perusahaan telah melaksanakan beberapa inisiatif untuk mencapai pertumbuhan yang diiringi dengan kepedulian lingkungan. Salah satunya adalah dengan melakukan pembangunan Pabrik refused derived fuel (RDF) atau bahan bakar dari sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Cimenteng, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

"Kalau kita pakai ide dari Cimenteng, itu juga hijau. Itu juga hijau dan akan menyingkirkan sampah yang sangat bau dan kotor. Ini adalah pertumbuhan hijau karena membantu mengurangi biaya," ujarnya.

Country Director SCG di Indonesia, Warit Jintanawan, mengatakan transisi energi dari energi fosil ke energi terbarukan juga menjadi strategi penerapan ESG dengan porsi yang signifikan dalam bisnis SCG di Indonesia.

"Dengan mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil, kita turut mengurangi risiko perubahan iklim dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat," ujar Warit.

Warit mengatakan manfaat ini akan terasa secara jangka panjang ketika ketersediaan sumberdaya alam mencukupi untuk generasi berikutnya. Transisi energi juga dapat menjaga kondusivitas lingkungan sehingga mampu menciptakan peluang ekonomi, seperti menarik investasi asing dan menciptakan lapangan kerja baru.

"Inilah indikator-indikator pertumbuhan ekonomi hijau yang perlu kita sasar,” ujarnya.