Sewa Rumah di Los Angeles Meroket Sampai Rp 230 Juta per Bulan Gara-Gara Kebakaran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jay Gilberg membeli rumah lima kamar tidur dan seluas 4.800 kaki persegi (446 meter persegi) di kawasan Pacific Palisades, Los Angeles pada Juni untuk menggabungkan dua rumah...

Sewa Rumah di Los Angeles Meroket Sampai Rp 230 Juta per Bulan Gara-Gara Kebakaran

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jay Gilberg membeli rumah lima kamar tidur dan seluas 4.800 kaki persegi (446 meter persegi) di kawasan Pacific Palisades, Los Angeles pada Juni untuk menggabungkan dua rumah tangga, menyatukan kedua putrinya, pacarnya, dan anak remajanya di bawah satu atap dalam apa yang ia gambarkan sebagai rumah yang sangat membahagiakan. Enam bulan kemudian, rumah itu hilang lantaran menjadi satu dari sekitar 5.000 rumah yang rusak atau hancur dalam Palisades.

Saat ia dan agen real estatnya mulai mencari rumah sementara yang cukup besar untuk menampung keluarga beranggotakan lima orang, mereka menghadapi kejutan lain berupa kenaikan yang drastis.

Satu rumah sewa di Beverly Hills yang sebelumnya terdaftar seharga 14 ribu dolar AS atau sekitar Rp 229 juta per bulan tiba-tiba naik menjadi 4.000 dolar AS atau sekitar Rp 65 juta dalam semalam atau melonjak hampir 29 persen. Agen penjual, ucap Gilbert, menyebut lonjakan sewa rumah merupakan efek dari meningkatnya penawaran dan permintaan.

"Ada orang-orang baik yang berbelas kasih, simpatik, berempati, dan mereka ingin melakukan sesuatu untuk membantu, namun ada orang lain yang mencium adanya peluang untuk mendapatkan keuntungan, dan itulah yang saya temui," kisah Gilberg tentang bencana dan dampaknya seperti dilansir Republika dari Reuters pada Ahad (19/1/2025)

Di seluruh wilayah, ribuan orang seperti Gilberg, yang mengungsi akibat kebakaran hutan, mengalami keterkejutan akibat harga yang mahal.

Los Angeles Tenants Union, kelompok sukarelawan yang mengadvokasi perumahan terjangkau, mengidentifikasi lebih dari 500 daftar properti di mana biaya sewa bulanannya tiba-tiba melonjak hingga lebih dari dua kali lipat.

Gubernur California Gavin Newsom menandatangani perintah eksekutif berupaya untuk menjaga penetapan harga yang tidak wajar pada barang dan jasa konsumen yang penting, termasuk perumahan. Perintah tersebut melarang kenaikan harga lebih dari 10 persen di atas tarif yang ditetapkan sebelum keadaan darurat.

Seorang organisator di Serikat Penyewa, Tony Carfello, mengatakan banyak tuan tanah yang mencoba mengambil untung dari keputusasaan orang-orang dan tetap lolos begitu saja dari hukuman meskipun hal tersebut merupakan ilegal.

"Kenaikan sewa sebesar 10 persen menjadi hal yang mustahil, baik bagi orang-orang yang kehilangan segalanya maupun bagi penyewa lain di kota yang sudah berjuang untuk bertahan hidup," ucap Tony.

 

Dieksploitasi, dijadikan korban

Jaksa Agung California Rob Bonta mengatakan kantornya telah menerima ratusan laporan tentang manipulasi harga dan telah membuka sejumlah penyelidikan. Bonta mengatakan hal ini merupakan tindakan yang tidak terbayangkan di masa ketika orang-orang membutuhkan hal yang sebaliknya, yaitu menjadi mangsa, dieksploitasi, dan menjadi korban.

"Mereka membutuhkan dukungan, penyembuhan, dan bantuan," kata Bonta.

Bonta mengimbau masyarakat mengirimkan tangkapan layar, pesan teks, email atau bukti lainnya untuk membantu jaksa membangun kasus tersebut.

Agen real estat Gilberg, Lori Goldsmith, mengkritik penipuan tersebut, dan mengatakan bahwa dia meninggalkan salah satu klien lama yang berusaha mengambil keuntungan dari kemalangan orang lain. Goldsmith menyebut aktivitas tersebut merupakan hal yang sangat salah dan merugikan para korban kebakaran.

"Orang-orang ini telah kehilangan semua ingatan. Orang-orang dengan anak-anak kecil telah kehilangan boneka kesayangan mereka yang mereka bawa tidur setiap malam yang membuat mereka merasa seperti diselimuti selimut pengaman," ucap Goldsmith.

Kepala Pengawas Daerah Lindsey Horvath, yang wilayahnya meliputi seluruh wilayah Kebakaran Palisades, menanggapi masalah kenaikan harga sewa dan perumahan dengan sangat serius. Horvath menyampaikan masyarakat yang mengungsi akibat kebakaran hutan saat ini sedang berjuang untuk mendapatkan tempat tinggal sementara dengan harga yang terjangkau.

"Orang-orang menderita dan mereka butuh rasa aman karena tahu kami akan melindungi mereka dari siapa pun yang ingin memangsa mereka di saat seperti ini," ujar Horvath.

Seorang penyintas Holocaust berusia 87 tahun, Renee Weitzer kehilangan rumah di Sunset Mesa yang ia tinggali bersama suaminya yang berusia 88 tahun, Ed. Mereka menyelamatkan diri dari kebakaran hutan yang mendekat dengan obat-obatan, beberapa dokumen penting, anjing peliharaan, dan satu potong pakaian, sambil berpikir bahwa mereka akan segera kembali ke rumah.

Sebaliknya, mereka telah menghabiskan lebih dari seminggu tinggal di kamar hotel, mencoba mencari rumah untuk disewa.

Weitzer menyinggung persaingan dengan penyewa lain sangat ketat. Keluarga Weitzer menawarkan untuk membayar sewa 14 ribu dolar AS per bulan untuk rumah yang terdaftar seharga 8.000 dolar AS dengan pembayaran sewa satu tahun di muka, tetapi tetap saja kalah bersaing.

"Kami kehilangan semua rumah. Bukan hanya itu, saat Anda harus mengajukan aplikasi, Anda harus membayar cek kredit Anda," ucap Weitzer.

Keluarga Weitzer berencana pindah ke apartemen satu kamar tidur milik keponakannya di West Hollywood pada Jumat, sementara mereka mengurus proses klaim asuransi dan memutuskan langkah selanjutnya.

"Butuh waktu.Apakah kami bisa membangunnya kembali, masih dipertanyakan mengingat usia kami, karena butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa melakukannya dengan benar. Saya rasa kami tidak akan bisa membangunnya kembali," kata Weitzer.