Survei WEF: Cuaca Ekstrem Jadi Risiko Global Terbesar dalam Satu Dekade ke Depan
Survei Forum Ekonomi Dunia (WEF) terbaru menyatakan masalah lingkungan seperti peristiwa cuaca ekstrem, hilangnya keanekaragaman hayati, dan keruntuhan ekosistem, menjadi risiko global terbesar dalam
Survei Forum Ekonomi Dunia (WEF) terbaru menyatakan masalah lingkungan seperti peristiwa cuaca ekstrem, hilangnya keanekaragaman hayati, dan keruntuhan ekosistem, menjadi risiko global terbesar dalam 10 tahun ke depan.
Peristiwa , yang meliputi gelombang panas, tornado, dan banjir, menonjol di antara risiko jangka pendek dan jangka panjang. Krisis iklim membuat cuaca ekstrem lebih sering terjadi dan lebih intens.
Survei tersebut dilakukan pada para pakar risiko saat hampir 3.000 pemimpin dari lebih dari 130 negara bersiap untuk ambil bagian dalam pertemuan tahunan WEF di Davos, Swiss, pada Senin (20/1).
Survei tersebut mempertimbangkan risiko dalam jangka pendek hingga 2025, jangka pendek hingga menengah hingga 2027, dan jangka panjang hingga 2035. Lebih dari 900 pakar risiko global, pembuat kebijakan, dan pemimpin industri disurvei pada September dan Oktober tahun lalu untuk menginformasikan laporan tersebut.
Hampir seperempat (23%) responden dalam "Laporan Risiko Global" andalan WEF menempatkan konflik bersenjata berbasis negara sebagai masalah yang paling mendesak untuk 2025.
Misinformasi dan disinformasi disebut sebagai risiko teratas selama jangka waktu dua tahun. Survei tahun sebelumnya menunjukkan hasil yang sama.
“Meningkatnya ketegangan geopolitik, retaknya kepercayaan global, dan krisis iklim membebani sistem global seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya,” kata Direktur Pelaksana WEF, Mirek Dušek, dikutip dari CNBC, Kamis (16/1).
"Di dunia yang ditandai oleh kesenjangan yang semakin dalam dan risiko yang berjenjang, para pemimpin global punya pilihan: untuk mendorong kolaborasi dan ketahanan, atau menghadapi ketidakstabilan yang semakin parah. Taruhannya tidak pernah setinggi ini," kata Dušek.
Dunia dalam Kondisi yang Mengerikan
WEF mengatakan konflik bersenjata diabaikan sebagai risiko jangka pendek utama dua tahun lalu, sebuah perkembangan yang mencerminkan meningkatnya ketegangan geopolitik dan lanskap global yang semakin terpecah.
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres sebelumnya telah memperingatkan bahwa dunia menghadapi jumlah konflik tertinggi sejak Perang Dunia II, dengan mengutip invasi skala penuh Rusia ke Ukraina, serta konflik di Timur Tengah dan Afrika.
Beberapa risiko jangka pendek lainnya yang diidentifikasi dalam laporan terbaru WEF meliputi polarisasi masyarakat, spionase dunia maya, polusi, dan ketidaksetaraan.
"Survei Davos menunjukkan dunia berada dalam 'kondisi yang mengerikan," kata Kepala Komersial di Marsh McLennan Europe, Carolina Klint.
Klint mengatakan risiko ini tidak selalu mencerminkan tren baru yang muncul — tetapi lebih merupakan tren yang "semakin agresif."
"Saya pikir kita sedang menavigasi era yang sekarang ditandai dengan meningkatnya ketegangan ekonomi," kata Klint.