Tancap Gas di Hari Pertama Jabat Presiden, Trump Tarik AS dari Perjanjian Iklim Paris

Amerika Serikat tidak lagi merasa perjanjian iklim mencerminkan nilai-nilai negara atau kontribusinya terhadap tujuan ekonomi dan lingkungan.

Tancap Gas di Hari Pertama Jabat Presiden, Trump Tarik AS dari Perjanjian Iklim Paris

TRIBUNNEWS.COM - Presiden mengumumkan keputusan untuk menarik (AS) keluar dari Perjanjian Iklim Paris.

Ini adalah langkah yang Trump ambil melalui perintah eksekutif yang ditandatanganinya pada Senin (20/1/2025), sebagai salah satu tindakan pertamanya setelah dilantik sebagai Presiden, NBC melaporkan.

Perjanjian Paris ditandatangani pada 2016, mengharuskan negara-negara peserta untuk berkomitmen menjaga suhu global agar tidak naik lebih dari 1,5 derajat Celsius (2,7 derajat Fahrenheit) di atas tingkat pra-industri, dengan membuat janji tahunan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.

Selain itu, negara-negara peserta juga berkomitmen untuk memberikan miliaran dolar untuk membantu negara berkembang dalam mengadaptasi dan mengurangi dampak perubahan iklim.

Gedung Putih menjelaskan bahwa tidak lagi merasa perjanjian tersebut mencerminkan nilai-nilai negara atau kontribusinya terhadap tujuan ekonomi dan lingkungan.

Perintah eksekutif itu menyatakan bahwa perjanjian tersebut mengarahkan uang pembayar pajak Amerika ke negara-negara yang dianggap tidak membutuhkan atau tidak layak menerima bantuan finansial demi kepentingan rakyat AS.

Dalam perintah tersebut, disebutkan bahwa duta besar AS untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) akan mengirim pemberitahuan tertulis mengenai penarikan AS dari Perjanjian Paris.

Penarikan tersebut akan dianggap efektif segera setelah pemberitahuan diberikan.

Dengan penarikan ini, akan bergabung dengan Libya, Yaman, dan Iran sebagai negara yang tidak menjadi bagian dari Perjanjian Paris.

Beberapa pakar khawatir bahwa langkah ini bisa memicu negara-negara lain untuk mengikuti jejak AS dan berpotensi merugikan kebijakan iklim internasional.

Kelompok-kelompok iklim segera mengutuk keputusan Trump tersebut.

Baca juga:

Direktur kebijakan program iklim dan energi di Union of Concerned Scientists, Rachel Cleetus menyebutnya sebagai "tragedi".

Dia mengkritik agenda anti-sains serta pro-fosil yang menurutnya bertujuan meningkatkan keuntungan perusahaan-perusahaan pencemar dengan mengorbankan kesehatan masyarakat.

Perubahan iklim terus memperburuk cuaca ekstrem, termasuk banjir, badai, dan kebakaran hutan yang mematikan, yang kini lebih sering terjadi di berbagai belahan dunia.

Abaikan Kewajiban Moral?