Startup Chickin Pakai Teknologi Peternakan Ayam, Perluas Bisnis ke Kalimantan
Startup peternakan ayam Chickin mengadopsi teknologi untuk mengurangi risiko hewan mati dan mendorong penjualan. Perusahaan rintisan ini berencana merambah Kalimantan.
mengadopsi teknologi untuk mengurangi risiko hewan mati dan mendorong penjualan. Perusahaan rintisan ini berencana merambah Kalimantan.
Teknologi yang dimaksud yakni perangkat manajemen peternakan CI TOUCH dan aplikasi Chickin. Teknologi ini bisa mengurangi tingkat mortalitas dan meningkatkan feed conversion ratio atau FCR.
Semakin rendah FCR, maka semakin sedikit pakan yang dibutuhkan untuk mencapai pertambahan berat badan ayam yang diinginkan. Cara menghitung FCR ayam broiler sebagai berikut:
Jumlah pakan yang dikonsumsi dibagi (berat ayam awal – berat ayam akhir). Lalu dikalikan 100%.
Oleh karena itu, peternak perlu rutin menimbang berat badan ayam sebelum periode pemeliharaan hingga setelah.
Dalam usaha pemeliharaan ayam broiler, peningkatan FCR dapat mengurangi biaya pakan, mengurangi dampak lingkungan, dan meningkatkan efisiensi produksi. Hal ini juga berujung pada potensi keuntungan yang didapatkan peternak.
Co-founder dan Chief Executive Officer Chickin Tubagus Syailendra menyampaikan, umumnya pakan 1,7 – 1,8 kilogram dikonversi menjadi satu kilogram daging ayam.
“Dengan menggunakan teknologi kami, peternak bisa mengonversi 1,4 kilogram pangan menjadi satu kilogram daging ayam. Ini artinya ada efisiensi 300 – 400 gram pakan,” kata Tubagus.
Teknologi Chickin juga bisa mengurangi tingkat kematian atau mortalitas hingga 50%. Biasanya, tingkat mortalitas ternak ayam 6% - 7%. Dengan teknologi ini, maka bisa turun menjadi 3%.
Chickin juga menyediakan layanan contract farming. Startup ini akan menjual daging ayam yang dipelihara oleh peternak.
Sebanyak 10% dari total mitra peternak Chickin, sudah tergabung dalam contract farming. Jumlahnya sekitar 2% dari seluruh pangsa pasar Indonesia.
Chickin menggaet mitra peternak dengan 12 ribu kandang di seluruh Indonesia. Mayoritas peternak yang mereka layani ada di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
“Kami tidak ingin agresif meningkatkan pangsa pasar, tetapi berfokus menyeimbangkan pertumbuhan dan kesehatan bisnis. Kalau memang berharap, kami ingin pertumbuhan dua kali lipat,” kata Tubagus dalam wawancara di Gedung Bank DBS, Jakarta, Senin (20/1).