Viral di Jalan Asia Afrika, Kisah Cosplayer Bandung Diangkat jadi Film Berjudul Conjurig
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Jalan Asia Afrika Bandung kini tak hanya terkenal karena sejarahnya. Tetapi, sekarang menjadi destinasi wisata wajib dengan kehadiran komunitas cosplayer yang membuat jalanan ini hidup dengan warna dan karakter...
REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG--Jalan Asia Afrika Bandung kini tak hanya terkenal karena sejarahnya. Tetapi, sekarang menjadi destinasi wisata wajib dengan kehadiran komunitas cosplayer yang membuat jalanan ini hidup dengan warna dan karakter yang unik. Yakni, mulai dari kostum hantu yang seram hingga karakter anime dan superhero populer.
Para cosplayer ini menjadi daya tarik wisatawan yang ingin berfoto dan menikmati parade kostum. Namun, fenomena ini lebih dari sekadar kostum dan penampilan secara visual. Bagi para cosplayer di Bandung, mengenakan kostum bukan sekedar hobi, melainkan juga bentuk ekspresi diri.
Kehadiran mereka di Jalan Asia Afrika telah berkembang dari komunitas hingga menjadi ikon yang didukung oleh pemerintah kota, memberikan ruang lebih bagi kreativitas cosplayer untuk terus berkembang.
Popularitas para cosplayer di Bandung semakin meningkat setelah video mereka yang dikejar Satpol PP di Jalan Asia Afrika menjadi viral pada awal Oktober 2024. Adegan ini menimbulkan reaksi publik yang beragam, dari mereka yang terhibur hingga yang mempertanyakan batasan kebebasan berekspresi di ruang publik. Fenomena ini akhirnya menarik perhatian produser film Budi Ismanto, yang berkolaborasi dengan sutradara Tubagus Deddy untuk mengangkat kisah komunitas ini dalam film drama komedi bertajuk Conjurig. “Para cosplayer di Bandung ini adalah seniman yang bekerja dengan jujur," ujar Budi Ismanto, Kamis (14/11/2024).
Ironisnya, kata dia, di luar sana banyak orang yang memakai 'topeng' secara kiasan, namun tidak jujur dalam kehidupan sehari-hari. Deddy menjelaskan, Conjurig yang dibuat oleh pihaknya bukan lah film horor, melainkan drama komedi dengan sentuhan sosial. "Mengusung tema-tema lokal, film ini menggunakan dialog Sunda yang akrab di telinga masyarakat Jawa Barat, namun tetap dapat dinikmati oleh penonton dari seluruh Indonesia dengan bantuan terjemahan," katanya.
Menurut Budi Ismanto, inspirasi cerita ini muncul dari pertemuan tak terduga dengan seorang cosplayer berpakaian pocong di toilet. Setelah berbincang, ia menyadari bahwa banyak dari para cosplayer ini bekerja keras untuk mendukung keluarga mereka dan memiliki kejujuran yang mungkin tak terlihat dari balik kostum mereka.
Conjurig, kata dia, membuka pintu baru bagi komunitas cosplayer di Bandung dan Indonesia untuk mendapatkan pengakuan lebih luas sebagai bagian dari budaya pop nasional. Melalui film ini, cosplay tidak hanya dipandang sebagai hiburan, tetapi juga sebagai ekspresi seni yang penuh makna dan sarana kebanggaan bagi banyak orang.
Kisah di film Conjurig, kata dia, menunjukkan bahwa kreativitas dapat menjadi kekuatan yang menginspirasi, baik di layar lebar maupun dalam kehidupan nyata. Dengan apresiasi publik yang semakin besar, masa depan cosplay di Indonesia tampak semakin cerah, menjanjikan lebih banyak ruang bagi seni dan budaya lokal untuk berkembang di kancah nasional.