5 Warga Thailand yang Dibebaskan Hamas Ungkap Pengalaman selama Disandera di Palestina
Kelima sandera asal Thailand tersebut menceritakan bahwa pihak Hamas merawat mereka dengan baik selama masa penyanderaan.
TRIBUNNEWS.COM - Lima warga negara yang dibebaskan bagikan pengalaman mereka selama menjalani penyanderaan di .
Hal ini mereka sampaikan kepada media setelah mereka menemui rombongan Menteri Luar Negeri , Maris Sangiampongsa di Tel Aviv pada Minggu (2/2/2025).
Tak sendirian, dalam kunjungan menemui para warganya yang dibebaskan tersebut Maris didampingi Rassam Chaleejan, selaku Asisten Menteri Luar Negeri, Phannapha Chantaramon, Duta Besar di Tel Aviv, dan Jenderal Tongswit Nunphakdee selaku Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata .
Rombongan Menlu Maris Sangiampongsa tersebut dilakukan untuk memberikan dukungan kepada lima warga yang tengah dirawat di rumah sakit di Tel Aviv setelah dibebaskan dari kelompok pada 30 Januari 2025 lalu
Sembari mendapatkan perawatan medis dari Pemerintah Israel, Kelima tersebut berbagi cerita mereka selama menjalani penyanderaan kepada wartawan.
Dikutip dari lembaga penyiaran TNA-MCOT, para asal tersebut mengaku seperti terlahir kembali dan mendapatkan kehidupan baru setelah dibebaskan .
Mereka juga mengungkapkan keinginan untuk bisa kembali makan hidangan khas seperti Salad Larb dan Soi Ju.
Hal ini diungkapkan oleh salah seorang bernama Phongsak Than Na.
Pria asal Buriram ini mengaku telah berbicara dengan keluarganya melalui sambungan telepon selama ia menjalani perawatan di Tel Aviv.
Phongsak menyebutkan bahwa keluarganya sangat senang bisa mendengarnya lagi setelah dibebaskan dengan selamat oleh .
Ia juga menceritakan bahwa pihak Hamas merawat mereka dengan baik selama masa penyanderaan.
Baca juga:
“Selama penahanan saya makan makanan yang sama dengan mereka (Hamas), seperti roti, keju, kacang yang mereka makan. Mereka juga kerap menanyakan apakah kami kenyang dengan makanan yang disajikan dan kami mengatakan, ya, saya rasa makanan yang mereka berikan mencukupi bagi kami untuk bisa bertahan." ungkap Phongsak.
Meski dirawat dengan baik oleh , Phongsak sempat mengaku depresi karena tak kunjung dibebaskan setelah menjalani masa penyanderaan yang cukup lama.
"Kondisi hidup sangat sulit, saya sempat merasa seperti mati tapi kini saya merasa terlahir kembali. Saya merasa sangat senang. Yang penting bagi saya adalah bisa hidup dan bebas. Saya sudah merasa cukup," sambung Phongsak.