Bahlil Belum Beri Kelonggaran Izin Ekspor Konsentrat ke Freeport

Freeport Indonesia mengajukan kelonggaran ekspor setelah kebakaran terjadi di fasilitas pengolahan dan pemurniannya pada Oktober tahun lalu.

Bahlil Belum Beri Kelonggaran Izin Ekspor Konsentrat ke Freeport

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyatakan, belum menerbitkan izin ekspor konsentrat tembaga untuk PT Freeport Indonesia atau PTFI. PTFI telah mengajukan kelonggaran ekspor setelah kebakaran terjadi di fasilitas pengolahan dan pemurniannya pada Oktober tahun lalu.

Bahlil menegaskan, pemerintah telah melarang ekspor konsentrat tembaga mulai tahun ini. Kebijakan tersebut bertujuan untuk melindungi investasi smelter tembaga di dalam negeri, yakni oleh PTFI dan PT Amman Mineral International Tbk. Namun, iamengakui kondisi yang dialami PTFI adalah keadaan kahar atau force majeure.

"Kami lagi mempelajari permintaan izin ekspor konsentrat tembaga oleh PTFI. Namun sampai hari ini belum ada keputusan untuk memberikan izin ekspor tersebut," kata Bahlil di kantornya, Senin (3/2).

Induk usaha PTFI, Freeport McMoran atau FCX melaporkan akan kembali mengekspor konsentrat tembaga pada kuartal pertama tahun ini. Sebab, smelter yang dibangun dengan investasi sekitar US$ 3 miliar masih dalam tahap perbaikan.

Karena itu, FCX berniat akan membayar bea keluar sebesar 7,5% untuk ekspor konsentrat tembaga selama 2025.  Selain relaksasi ekspor konsentrat tembaga, FCX juga menyampaikan rencana perpanjangan izin usaha pertambangan khusus (IUPK) PTFI yang berakhir pada 2041. Perusahaan berharap dapat mengajukan permohonan perpanjangan pada 2025.

Bahlil sebelumnya mengatakan nasib perpanjangan izin ekspor konsentrat tembaga PTFI akan dirundingkan bersama Presiden Prabowo Subianto.  

“Kami akan rapat dengan Bapak Presiden. Jadi mungkin akan dibahas dari sekarang hingga Juni ini perlakuan untuk PTFI seperti apa,” kata Bahlil dalam konferensi pers di Kementerian ESDM yang dipantau secara daring melalui Kompas TV, Senin (6/1).

Operasional smelter milik PTFI telah dipercepat, yang awalnya ditargetkan pada Agustus, dimajukan pada Mei atau Juni tahun ini. Hingga saat ini, belum ada keputusan pemerintah terkait relaksasi ekspor untuk PTFI.  Bahlil menyebut masalah ini juga akan dibahas bersama kementerian lain, seperti Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Menteri Keuangan, dan Menteri Perindustrian.

Kebakaran pada smelter PTFI membuat proses produksi katoda tembaga di smelter single line yang disebut-sebut sebagai yang terbesar di dunia itu macet.  Smelter yang dibangun dengan dana Rp 56 triliun di atas lahan seluas 100 hektare itu juga merupakan bagian penting dari perjanjian divestasi saham PTFI kepada Pemerintah Indonesia melalui Mining Industry Indonesia (MIND ID), BUMN holding pertambangan Indonesia.

Akibat kebakaran, smelter itu pun ditaksir baru dapat beroperasi pada akhir Juni tahun ini. Hal itu diungkapkan langsung oleh Vice President Corporate Communications PTFI Katri Krisnati kepada pada Jumat (3/1).

“Hal ini akan berdampak pada kapasitas penyimpanan konsentrat kami, baik di Pelabuhan Amamapare maupun di smelter PTFI yang akan penuh dalam beberapa waktu ke depan,” ujarnya.

Reporter: Andi M. Arief